FIRST LOVE Eps.4 - Part 2

Tiga jam pertandingan selesai, Universitas Negeri Semarang telah memenangkan pertandingan futsal kali ini dan semuanya menerima kekalahan. Para pemain futsal mulai keluar dari GOR. Meskipun begitu, sudah lega rasanya pertandingan futsal berjalan lancar. Meskipun tanpa suporter yang ingin memberi dukungan.
            Sementara di luar, sudah rame marching band group Universitas Negeri Semarang sudah bersiap-siap sedikir memamerkan permainnya di jalan raya Bantul Yogyakarta. Ketika alunan musik mengentak, cewek-cewek itu mulai beraksi.
            Acara selanjutnya seharusnya atraksi marching band dari Universitas Gadjah Mada. Tapi seluruh anggota tim dan suporter itu tahu, Nanda, Syifa, Raina dan kelompok lain tidak akan tampil. Hanya Arif yang tahu bakal ada marching band lain pengganti. Namun dia sengaja tidak menunjukkan surat kaleng itu karena dia sendiri tidak yakin dengan kebenaran isinya. Sejak menerima surat itu, sampai kemarin malam, diam-diam Arif dan Raina melakukan investigasi Mahasiswa- mahasiswi dan hasilnya... Nihil! Sama sekali tidak ada terdium tanda-tanda adanya marching band  grouplain.
            Lima belas menit kemudian, marching band group Universitas Negeri Semarang mengakhiri penampilan mereka. Diiringi tepuk tangan penonton, kelima belas orang itu memberi hormat dan kembali bergabung dengan teman-teman satu Universitas mereka.
            Awan tinggi berubah senyap. Seluruh penonton terpaku di tempatnya masing-masing dengan tatapan lekat. Tapi hanya untuk beberapa saat, karena dua menit kemudian meledaklah gemuruh tawa, teriakan, suitan dan juga tepuk tangan yang membahana.
            Kebingungan, Universitas Gadjah Mada memandan ke segala arah. Termasuk Nanda, Syifa, Anika, Megha, Kimmy, Yakup, Baim dan beberapa teman sekelas, serta sebagian suporter UGM.
            Dengan tatapan mereka berpaling ke satu titik, seiring semakin membahana gemuruh suara dan tangan-tangan yang terjulur menunjuk ke satu arah. Ketika bola mata mereka membesar menatap tak yakin ke satu arah. Sosok tubuh dengan busana yang begitu pendek berwarna gold.
            Marching band  group Universitas Gadjah Mada.
            “ Apa! Bukannya nggak ada marching band.” Kata Bayu heran.” Tapi mayoret itu siapa, ya? Aku nggak pernah lihat cewek di kampus.”
            Tidak ada yang bisa menjawab. Arif dan Raina dua-duanya  yang  di beritahu lewat surat kaleng tentang kemunculan marching band  ternganga tak percaya. Tapi yang paling tahu sudah pasti Nanda dan Syifa sebelum mereka di keluarkan dari marching band group. Tapi mereka tidak berani buka mulut karena takut salah meskipun hampir yakin,  pasti Qutut. Penonton langsung heboh, berdesak-desakan malah banyak penonton di bagian belakang loncat-loncat.
            Begitu marching band  group itu lewat di depan mereka diiringi sebagian penonton di kiri dan kanan. Melihat di depan mereka, tubuh-tubuh yang di balut dengan busana minim dan superketat dengan gaya berjalan yang begitu menggoda. Meliuk-liuk seperti ular.
            Para marching band  itu di komandani Qutut, nama lengkapnya Qutut Pratama, anaknta Bapak Parmin juragan tanah di jamin Ayah-Mamak kalau sekarang anak mereka ganti kelamin. Jika mereka tahu, pasti Qutut langsung di gorok.
            Di sebelah kiri Qutut tampak Zian dan sebelah kanan Qutut tampak Cahyo, dan ini membuat Arif hampir gila. Ketiganya memberi salam  “ Muaahh!” Untuk kapten  tim futsal yang tampaknya seperti baru melihat setan.
            “ Hay, Baeeee!” teriak Zian menyapa sahabatnya dengan gaya centil.
            “ Siapa lo?! Aku nggak kenal. Jangan sembarangan panggil-panggil orang. Dengar kau?” Bentak Bayu.
            Penonton yang mendengar ocehan Bayu langsung tertawa. Apalagi waktu Zian mengibaskan rambut panjangnya lalu buang muka cemberut.
            “ Dasar cowok jahat.”
            Kelima belas marching band group itu melangkah penuh dengan percaya diri. Apalagi ketiga mayoretnya tidak risi walaupun memakai rok superminim. Dengan centil mereka melempar tongkat di tangannya sambil mengedip-ngedipkan mata. Bibir yang merah menyala begitu merekah, sibuk mengirimkan salam cuim jauh untuk para penonton yang terus mengikuti mereka dengan tatapan mata, suitan, suara tawa dan jeritan serta tepuk tangan. Yang menbuat penonton histeris dan tawa terpika-pikal ternyata bukan hanya buasana yang nyaris pas-pasan . Tapi tingkah kecowokannya  yang masih lengkap melekat di tubuhnya. Ada yang kumisan tipis, ada juga yang jenggotan. Ketika mengangkat tangannya untuk membalas lambaian para penonton. Seketika tampaklah bulu ketiak yang.. WOW.... Super lebat. Jangan membayangkan baunya, di jamin orang yang lagi koma bisa langsung ”  koitt”.
            Segala macam bujukan Titan cs sudah tidak mempan. Bahkan waktu Titan bersikeras memberi amplop-amplop itu, mereka langsung melempar amplop-amplop itu ke tanah. Para suporter langsung mengembalikan amplop yang sudah mereka terima.
            Arul, salah satu suporter Universitas Gadjah Mada, serentak menutup muka lalu mengintip dari sela jari. “ Apa itu marching band kampus kita? Astaghfirullah! Besok aku mau pindah kuliah. Cari Universitas laen.
            Dedi, yang punya nama lengkap Dedi Alamsyah dan sholatnya tidak pernah bolong, ngelus-elus dada dengan muka melas. “ Astaghfirullahalaziiim. Inilah salah satu tanda mau kiamat.”
            Kelima pasang mata, milik Arif dan ketiga teman timnya menatap bercahaya. Tidak yakin dengan besar dukungannya yang di berikan untuk mereka dan masih tidak percaya bagaimana semua ini bisa terjadi. Ketiga mayoret cowok dan groupnya berlari bergabung dengan Mahasiswa sekampusnya.

Tidak ada komentar: