Minggu pagi jam setengah tujuh, seluruh pemain inti dan beberapa
suporter berkumpul dekat gerbang kampus. Pertandingan mulainya jam
sembilan, tapi satu setengah jam sebelum pertandingan mereka harus tiba
di GOR. Sekarang mereka tinggal menunggu tiga pemain dan lima pemain
cadangan. Jam tujuh kurang lima tepat mereka berangkat.
Waktu demi waktu, jam tujuh kurang lima, tapi empat cowok itu belum
terlihat. Tama yang menunggu empat timnya jadi senewen. Mondar-mandir
dia melihat-lihat perempatan jalan.
“ Pada kemana
mereka, sih?” gerutu Tama. Sudah di bilang kumpul di kampus jam tujuh
kurang lima. Ehhh.. Malah belum datang.” Dia menoleh ke Bayu yang
peagang ponsel. “ Bay, telpon Arif posisi dimana sekarang.”
“ Apa!” jawab Bayu. Sesaat kemudian. “ Kita disuruh berangkat duluan, Tam. Katanya ketemuan langsung di GOR.”
“ Lalu yang lainnya?”
“ Sama! Mereka ada di rumah Fazi, tiga-tiganya dan lima pemain cadangan.”
“ Ada-ada aja.” Tama kesal. “ Kenapa nggak ngomong kemarin. Ya udah! Ayo berangkat.”
Mereka berangkat. Setibanya mereka sudah di GOR, ternyata gadis-gadis
Candy sudah ada di sana berjaga-jaga di dua pintu masuk. Melaukan usaha
terakhir demi suksesnya aksi boikot sekaligus memastikan bahwa mereaka
yang sudah menerima uang sogokan tidak mencari-cari kesempatan. Uang
iya, nonton iya. Ck ck ck ck!
Begitu mobil mereka lewat di depan Titan cs, Nanda langsung memeluk Levi mesra. Nanda terus melototi Titan.
“ Kenapa lo lihat-lihat cowok gue? Mau elo hipnotis, ya?” galaknya.
Syifa dan anak lain yang duduk di belakang kontan tertawa. Sementara
Levi Cuma tersenyum tipis tanpa menoleh sama sekali. Dia membalas
pelukan di lehernya dengan belaian sayang.
Titan jelas
marah menyaksikan adegan itu. Begitu juga gerombolan temannya yang
berdiri tepat di sebelahnya. Mereka menatap Nanda dengan sorot marah
seakan ingin mencekik dan memutasi si Geliz itu.
Titan
cs langsung berjaga-jaga lagi karena dari jalan raya muncul tiga mobil
berisi sekawanan suporter. Mereka adalah para suporter yang penasaran
dengan janji pengumuman misterius itu. Sebagian besar dari mereka belum
mengembalikan uang sogokan.
Arif, Tama, Levi, Bayu dan
Nanda berdiri di koridor. Sementara yang lain langsung bergabung dengan
Pak Hery, pelatih futsal Universitas Gadjah Mada ternyata sudah lebih
dulu hadir dan menunggu di dalam GOR.
Tama masih penasaran sama isi pengumuman misterius itu. Terlebih surat kaleng yang dia terima. Akan ada kelompok marching band lain. Tama tanya dengan Syifa, dia bilang tidak ada kerena mereka di keluarkan dari group marching band . Jadi ada marching band lain. Siapa mereka? Itu yang tak sabar dia tunggu.
Satu jam kompetisi di mulai, para suporter dari Universitas Gadjah
Mada mulai berdatangan. Meskipun tidak ada setengahnya kalau
dibandingkan dengan suporter UNES dan suporeter Universitas lain yang
akan turun dalam dua kali babak penyisihan hari ini. Tapi lumayan jadi
nggak sepi-sepi amat seperti pikiran semula.
Namun
tiba-tiba saja sebagian besar suporter itu balik badan setelah di ajak
ngomong Titan dan Viola dan menerima sesuatu di sodorkan Vanya dan
Sonya.
“ Wah! Apa lagi, nih?” Arif langsung menajamkan
mata. “ Uang lagi? Ampun dah!” Arif geleng-geleng kepala. “ Kamu pake
apa sih, Lev? Kamu bisa bikin cewek-cewek pada nggak waras. Emm... Atau
kamu, Nda?”
“ Apa?” Nanda menoleh.
“ Iya. Kamu pake jampi-jampi apa?”
“ Huh!! Ngapain juga sih bahas yang nggak-nggak.” Ini nih salah satu
korban isu bahwa Nanda mandi kembang tengah malam.”
Semua yang berdiri di koridor menatap kedua pintu gerbang. Mereka
menjadi was-was takala semakin banyak suporter yang tergiur sogokan
Titan cs. Sekarang sebagian besar suporter itu Cuma berkeliaran atau
duduk-duduk di area parkir GOR.
“ Hei! Semuanya di
suruh masuk.” Fazi dan Reza muncul dari dalam GOR. Fazi langsung heran
melihat para suporter Universitas Gadjah Mada masih hilir-mudik di luar,
sementara suporter tiga Universitas lain sudah pada heboh di dalam,
duduk berkelompok dan mulai mengeluarkan segala macam, seperti Spanduk,
peluit, terompet, kerincingan, botol minuman untuk di pukul-pukul.
“ Kenapa sih mereka nggak masuk?” tanya Fazi heran.
“ Tanya aja cewek-cewek itu, apa isi aplop yang mereka bagi.” Jawab Reza.
“ Ah, sialan! Emang kurang ajar tuh cewek-cewek itu. Nggak ada
loyalitas sama sekali. Ingin aku injak-injak tuh mereka.”
“ Etzzz.. Tunggu! Mau kemana?” Reza buru-buru mencegah Fazi yang sudah siap-siap pergi menghampiri Titan cs.
“ Apa kamu nggak liat?”
“ Mereka nggak akan pergi, Zi? Tenang aja!” tegas Reza ringan.
“ Bagaimana kamu bisa yakin?”
“ Aku yakin, karena mereka penasaran dengan pengumuman itu. Sama
seperti kita, jadi mereka nggak akan pergi. Mereka penasaran menunggu
kehebohan yang akan terjadi.”
“ Kita lihat aja!”
“ Yuk, masuk!”
Fazi mengangguk-ngangguk.
“ Pinter juga mereka.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar