Anggota tim futsal sendiri berusaha nggak ambil pusing masalah itu.
Mereka tetap giat latihan meskipun usaha pemboikotan lumayan ekstrem.
Disaat
mereka sedang latihan, para mahasiswa jarang yang mau sejenak berhenti
untuk nonton, apalagi memberikan semangat. Semuanya Cuma lalu-lalang,
lewat begitu saja seakan anggota tim futsal tak tampak mata.
Tapi ternyata bukan hanya tim futsal, kelompok marching band
Universitas Gadjah Mada juga ikut diboikot. Nanda dan Syifa yang
menjadi mayoret di Universitas Gadjah Mada, geleng-geleng kepala. Tidak
percaya waktu Agus, kelompok marching band, menyampaikan berita bahwa mereka nggak bisa ikut memeriahkan lomba marching band setelah kompetisi futsal nanti.
“
Ada apa?” tanya Nanda, salah satu anggota tim inti, begitu Agus
menyampaikan berita langsung pergi dengan wajah lesu. Syifa
geleng-geleng kepala, lalu menarik napas panjang, baru menjawab.
“ yahhh... No supporter! Sekarang! No marching band !”
Arif yang berdiri di samping Levi, tiba-tiba ketawa. Dia merangkul cowok di sebelahnya.
“ Ini gara-gara kamu, Lev. Kamu bener-bener hebat. Aku salut!”
Levi Cuma menyeringai. Mereka kembali meneruskan latihan meskipun berita itu agak memecahkan konsentrasi.
Tapi Nanda yang berdiri di sebelah Syifa di halaman jadi tercengang saat mendengar berita itu. Tanpa suporter, dan sekarang marching band tidak ikut tampil nanti.
Ini bener-bener suda kelewatan
Nanda
dan Syifa nggak boleh diam aja. Mereka harus bertindak. Ini sudah
kelewatan. Hanya masalah Nanda dan Levi jadian, nama kampus jadi
taruhan.
“ Nanda! Syifa!” Nanda dan Syifa mendongak. Ternyata Qutut. “ Kenapa melamun? Kompak bener.”
“
Nanda dan Syifa hanya tersenyum, lalu Nanda menggeser badannya, membagi
tempat duduk untuk cowok itu yang nggak biasanya sudi melihat orang
main futsal. Karena bagi Qutut olahraga yang menurutnya menarik Cuma
sepak bola.
“ Apa? Ngelamunin kompetisi ini, yang pada mau bertanding. Oh iya, Nda. Denger-denger kelompok marching band juga kena boikot ama Titan, ya?” Tanya Qutut pelan.
“ Iya,” desah Nanda lirih.”
“ Kita nggak bisa tampil setelah pertandingan futsal nanti.”
“ Kenapa?”
“ Ya ini semua kan gara-gara aku.” Jawab Nanda
“ Nggak juga.”
“ Kan udah jelas ini semua gara-gara Titan jealous sama aku.”
“ Orang kaya kelakuannya emang begitu, Nda.”
“ Tapi kamu kok beda? Kan Ayah kamu juragan tanah?”tanya Syifa
“
Aku mah beda dari laennya.” Jawab Qutut. “ Aku kan orangnya baik,
rajin, suka menolong dan rajin menabung, dan aku orangnya juga nggak
sengak. Dosa kata Mamak cowok satu ini. Punya orti kaya-kaya, tapi Qutut
masih mau jadi sales sepatu. Padahal usaha Ayah dan Mamaknya itu sudah
cukup ngetop di daerah sekitar rumahnya.
“ Jadi gimana ya,
Tut?” keluh Nanda. Sebenarnya dia tidak mengharapkan jawaban, tapi
Qutut jadi ilut putar otak melihat muka keruh di sebelahnya.
“ Emangnya yang namanya marching band nggak Cuma cewek aja, kan?”
“ Ya nggak sih?”
“ Ya udah! Aku juga mau gabung di marching band, udah lama aku ingin gabung marching band. Aku bisa main dram, Cuma mukul-mukul doang. Cetek/ kecil.”
“ Yakin lo!” Nanda dan Syifa terbelalak lalu tertawa.
“
Ya lah? Dari pada nggak ada, benarkan? Ettt.. Tapi kalian jangan
bilang siapa-siapa dulu. Nanti kalo Titan tau, terus aku diboikot juga.”
“
Kamu serius, Tut?” Syifa terbelalak menatap cowok itu. Tapi Qutut tidak
menjawab. Ternyata dia lagi serius mikir. Sampai keningnya keriting.
“
Nanti latihanya di rumah aku aja. Biar aman! Kan kasian udah latihan
panas-panasan tiap hari, kan ada yang datang buat suport, nggak ada
suporter juga nggak apa-apa.
“ Terus kamu mau ngajak siapa, Tut? Masa mayoretnya dua yang pukul dramnya Cuma satu.” Tanya Syifa
“ Tenang aja, nggak usah di pikirin. Nanti aku yang mikirin di rumah.” Qutut bangkit berdiri. “ Aku pergi dulu ya, Nda! Fa!”
“ Ohh.. Iya-iya. Makasih ya, Tut.” Ucap Nanda dan Syifa berbarengan.
“ Iya... Yuk. Daaaaah.”
Nanda
dan Syifa menatap Qutut sampai cowok itu menghilang di balik gerbang.
Mereka tahu kenapa cowok itu mau memberikan bantuan, karena Qutut juga
pernah sakit hati sama Titan, karena Titan pernah sebut cowok itu
dengan” cowok udik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar