“ Permisi!”
“ Pergi!”
Semua tersentak kaget
seketika menoleh ke arah suara itu. Termasuk Nanda dan mahasiswa lainya
tersentak kaget. Itu tak seperti biasanya Levi bisa seemosional seperti
itu. Because, orang-orang mengira Levi itu orangnya baik, periang, murah
senyum, dan baik. Tapi hari ini dia sangat berbeda tak seperti Levi di
hari-hari sebelumnya. Sekarang dia menjadi orang yang angkuh, dan
emosional. Saat itu Nanda tengah asyik memperhatikan lukisan Arif, teman
sebangku Mamang yang baru menyelesaikan sketsanya. Arif ini memang jago
melukis dan ilustrasinya sering muncul di magazine.
Sama
seperti Nanda, Syifa, Megha, dan Kimmy terkesima menatap bangkunya.
Sejak kedatangan Levi, bangku mereka selalu terpenuhi gadis-gadis. Di
bangku Nanda nampak Titan yang duduk manis di sana. Sedangkan di bangku
Syifa nampak Sonya yang bertengger manis di bangkunya. Di sebelah Sonya
ada terlihat Viola tampak pucat karena abis di bentak Levi.
“ Pergi! Kamu nggak denger ya?” Bentak Levi.
“ Aku... Aku Cuma numpang duduk sebentar kok.” Jawab Viola gagap.
“ Denger, bangku ini bukan bangku kosong.” Sambar Levi. “ Kalian juga
bisa duduk di tempat lain. Kalian juga punya tempat duduk sendiri.
Saking tak percayanya Levi bisa sesadis itu, Titan, Sonya dan Viola
kontan beku di tempat dan itu lebih membuat Levi meledak.
“ Kalian ini nggak denger apa tuli. CEPAT PERGI!” bentaknya sambil pukulan keras di meja.
Namun mendadak ekspresi wajah Levi berubah kaku begitu sadar ada
sebuah kotak cake blackforest penuh parutan keju dengan sebutir ceri
merah di atas parutan keju.
“ Ini cake milik siapa?” ucapnya sambil menatap satu-satu kerumunan gadis-gadis di sekitarnya.
Titan duduk persis di sebelahnya, menjawab pelan. “ Itu aku yang membuatnya sendiri. Jadi, terimalah?”
Kebetulan Titan ada di sebelahnya. Levi menghadapkan wajahnya persis
di depan Titan. Jantung Titan mendadak berdegup kencang senang.
“ Ambil kue itu sekarang. CEPAT!” Desis Levi. Kamu nggak denger, ya? Cepat ambil! Aku nggak suka!”
Namun Titan tak menanggapinya. Dengan jengkel Levi mengambil kotak
cake itu, dan menyodorkannya ke Nanda,Syifa, Anika, Megha, Kimmy dan
teman-teman cowok lain.
“ Kalian mau nggak?”
Langsung saja cowok-cowok menyerbu cake itu. Tapi malah Nanda dan
teman-temannya nggak kebagi saking kotak cake itu berpindah ke tangan
segerombolan mulut rakus. Jelas itu bikin Titan marah, karena cake itu
di buatnya khusus spesial untuk Levi. Tapi malah cake itu langsung ludes
dalam sekejap.
“ Gila! Gila! Enak nih kue!” ucap Udin. Udin
menghampiri Titan dengan kotak kosong di tangan. “ Enak banget, Tan. Tak
jelas itu sekadar memuji atau merayu. “ Ini bener kamu yang buat apa
beli ke toko? Kalo emang kamu yang buat sendiri, aku jadi kagum dah.
Udan cantik, pintar buat kue lagi.”
Ucapan Udin membuat seisi
kelas tertawa. Sementara Mamang di belakang Udin berjoget-joget girang.
Titan itu kan musuh bebuyutannya, karena Titan selalu mengejek Mamang
dengan sebutan KAMPUNGAN!.
“ Untung, ora mbok pangan tuh
roti, Lev. Wes ngetoro kuwi roti ono jampi-jampie. Kenyataane Mamang
langsung tresno karo dek Titan.”
“ Diam!” bentak Titan, membuat seisi kelas tertawa.
Akhirnya Titan pergi meninggalkan bangku Nanda. Titan jengkel karena
Levi tengah asyik sama bukunya dan dia tak ambil pusing dengan ungkapan
cinta kepadanya.
“ Bangkumu udah kosong tuh ayo balik. Ucap Levi mengingatkan gadis imut yang dari tadi duduk di sebelah Arif.
“ Nggak ah! Aku duduk di sini aja.”
“ Kenapa? Levi mengerutkan keningnya.
“ Mungkin aja aku juga kena bentak kamu. Kali aja ada season duanya.”
Levi terawa geli.
“ Iya! Iya! Aku minta maaf deh. Kalo ucapanku membuatmu takut.” Pintanya memelas. Levi tertawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar