Hubungan Agama Dengan Ilmu Pengetahuan Sosial

A. PENDAHULUAN
Dalam situasi yang semakin global seperti sekarang ini manusia dibedakan kepada berbagai tantangan, disamping peluang dan kesempatan dalam keadaan demikian dijumpai adanya manusia yang berhasil menyikapi kehidupan global secara lebih bermakna dan berdaya guna, tetapi malah ada juga yang tidak tahu arah yang harus dituju.
Dan Ilmu Pengetahuan Sosial diharapkan dapat menjadi salah satu alternative Strategis bagi pengembangan manusia pada situasi global sekarang ini. Namun, demikian ilmu pengetahuan sosial dinilai sudah mulai atau hampir gagal dalam memberikan pemecahan masalah sosial yang muncul dalam era globalisasi, karena dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang dijadikan landasan dalam Ilmu Pengetahuan Sosial tersebut berasal dari filsafat Barat yang bertumpu pada logika rasional dan cara berfikir empiris. Dan salah satu upaya mengatasi kebutuhan dari Ilmu Pengtahuan Sosial yang demikian itu, agama diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap berbagai masalah yang berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, politik, keamanan maupun kemakmuran, dan lain sebagainya. Sehingga kehadiran agama tersebut secara manfaatnya para penganut agama.

B. RUMUSAN MASALAH
Didalam makalah ini kita akan membahas mengenai :
1. Bagaimana hubungan Agama dengan ilmu pengetahuan itu sendiri?
2. Bagaimana Pandangan Islam tentang Ilmu Sosial?

C. PEMBAHASAN
1. Hubungan Agama Dengan Ilmu Pengetahuan Sosial
Semua orang mungkin sepakat bahwa dalam era globalisasi tersebut, keutuhan manusia ingin tetap terpeliharan dengan baik, dan Ilmu Pengetahuan Sosial diharapkan menjadi salah satu alternatif yang strategis bagi pengembangan manusia indonesia seutuhnya. Hubungan berarti komuknikasi sangkut paut, sejalan, searah. Agama secara sempit berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa arab berarti menundukkan, patuh menguasai hutang. Ilmu Pengetahuan secara bahasa yaitu seperangkat ilmu yang tersusun secara sistematis, dan dapat dimanfaatkan bahwa pengetahuan adalah seperangkat pengalaman, yang mengatur atau memimpin mengarahkan kearah kebaikan untuk mendekatkan diri kepada Kholiq. Ilmu Sosial adalah ilmu yang berhubungan dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Termasuk Ilmu Sosial adalah seluruh kegiatan masyarakat mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas untuk kegiatan keperluan sesama manusia. Islam telah tampil sebagai agama yang memberi perhatian kepada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara hubungan manusia dengan manusia, antara urusan ibadah dan muammalah dalam arti luas. Keterkaitan agama dengan kemanusian menjadi penting, jika dikaitkan dengan situasi kemanusian pada zaman ini.
Karaktristik ajaran Islam dapat dilihat dari ajaran dibidang ilmu sosial ini, Islam dituntut untuk menjunjung tinggi sifat tolong menolong, saling menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan egaliter (kesamaan derajat), tenggang rasa dan kebersamaan.
Ukuran ketinggian derajat manusia dalam pandangan Islam bukan ditentukan oleh nenek moyang, kebangsaannya, warna kulit, dan jenis kelamin. Kualitas dan ketinggian derajat seseorang ditentukan oleh ketaqwaannya yang ditujukan oleh prestasi kerjanya yang bermanfaat bagi manusia.
Allah berfirman dalam al-Qur’an :
“Hai Manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal’’.
Ayat diatas menunjukan bahwa manusia diciptakan berbeda-beda agar saling mengenal. Mengenal disini berarti agar antara manusia satu dengan yang lain melakukan hubungan atau bermuamalah, bekerja sama, saling tolong menolong, serta menciptakan kehidupan sosial yang baik.
Penelitian yang dilakukan oleh Jalaludin Rahmad terhadap al-Qur’an menyimpulkan empat hal:
1.Dalam al-Qur’an dan hadist, proposi terbesar ditujukan pada urusan sosial.
2.Dalam kenyataan apabila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan muamalah yang penting, maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan.
3.Bahwa Ibadah mengandung segi kemasyarakatan diberi ganjaran lebih besar daripada Ibadah yang bersifat perseorangan.
4.Apabila Ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, kerena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya (tebusan) adalah melakukan sesuatu yang berhubungan dengan masalah sosial.
Islam menilai bila urusan Ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal, karena melanggar pantangan tertentu, maka kifaratnya (tebusan) adalah dengan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan urusan sosial. Apabila puasa tidak mampu dilakukan karena sakit dan sulit diharapkan sembuhnya maka boleh diganti dengan fidyah yaitu memberi makan orang miskin. Sebaliknya, bila orang tidak baik dalam urusan muamalah urusan ibadahnya tidak dapat menutupnya. Merampas hak orang lain tidak dapat menghapus dosanya dengan sholat tahajud. Membunuh orang pada zaman Nabi maka dendanya ialah memerdekakan budak. Itulah pentingnya Ilmu Pengetahuan sosial dan sangat erat sekali dengan agama islam. Sejak kelahirannya belasan abad yang lalu islam telah tampil sebagai agama yang memberi perhatian pada keseimbangan hidup antara dunia dan akhirat, antara hubungan manusia dengan manusia, antara urusan ibadah dengan urusan muamalah. Selanjutnya jika diadakan perbandingan antara perhatian islam terhadap urusan Ibadah dengan urusan muamalah ternyata islam menekankan urusan muamalah lebih besar daripada urusan Ibadah dalam arti yang khusus islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek kehidupan ritual keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan tersebut diatas menjadi penting jika dikaitkan dengan situasi kemanusiaan dizaman modern ini, kita mengetahui bahwa dewasa ini manusia mengenai berbagai macam persoalan yang benar-benar membutuhkan pemecahan segera, kadang-kadang kita merasa bahwa situasi yang penuh dengan problematika didunia modern, justru disebabkan oleh perkembangan pemikiran manusia sendiri, dibalik kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi dunia modern sesungguhnya menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan martabat manusia, umat manusia telah berhasil mengorganisasikan ekonomi, menata struktur politik serta membangun peradaban yang maju untuk dirinya sendiri tetapi pada saat yang sama kita juga melihat bahwa umat manusia telah menjadikan tawanan dari hasil ciptanya sendiri sejak manusia memasuki zaman modern, mereka mampu mengembangkan potensi-potensi rasionalnya dan berbelanggu pemikiran hukum alam yang sangat memikat, kebebasan manusia tetapi ternyata didunia modern ini manusia dapat melepaskan diri dari jenis belenggu lain yaitu penyembahan hasil ciptanya sendiri. Dalam keadaan demikian kita saat ini nampaknya sudah mendesak untuk memiliki Ilmu Pengetahuan Sosial yang mampu membebaskan manusia dari berbagai problem tersebut diatas. Ilmu Pengetahuan Sosial yang dimaksud adalah Ilmu Pengetahuan yang digali dari nilai-nilai agama. Kuntowijaya menyebutkan sebagai ilmu sosial profetik.

2. Pandangan Agama Islam Tentang Ilmu Sosial
Perbandingan ajaran islam tentang Ilmu Sosial dapat dilihat dari ajaran islam dibanding sosial. Islam ternyata agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar daripada urusan Ibadah. Hal demikian dapat kita lihat misalnya bila urusan ibadah bersamaan waktunya dengan urusan sosial yang paling penting maka ibadah diperpendek atau ditangguhkan (diqhashar atau dijama’ dan bukan ditinggalkan).
Keterkaitan agama dengan masalah kemanusiaan menjadi penting jika dikaitkan dengan situasi kemanusian dizaman modern ini. Kita telah mengetahui bahwa didalam situasi dunia yang semakin global ini manusia menghadapi berbagai macam persoalan yang benar-benar membutuhkan pemecahan segera. Terkadang justru situasi yang penuh problematika didunia modern justru disebabkan perkembangan pemikiran manusia sendiri. Dibalik Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, dunia modern sesungguhnya menyimpan suatu potensi yang dapat menghancurkan martabat manusia. Sehingga dalam keadaan demikian, tampak bahwa kita harus memiliki Ilmu Pengetahuan Sosial yang mampu membebaskan manusia dari problematika tersebut. Ilmu Pengetahuan Sosial yang dimaksudkan adalah Ilmu Pegetahuan yang digali dari nilai-nilai agama. Kuntowijaya menyebutkan sebagai ilmu sosial profetik.

3. Ilmu Sosial yang Pengetahuan Bernuansa Islami
Kita butuh Ilmu Sosial profetif, yaitu Ilmu Sosial yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial, tetapi juga memberi petunjuk kearah mana transformasi itu dilakukan, untuk siapa dan oleh siapa. Dengan ilmu sosial profetik ini kita dapat melakukan reorientasi terhadap mode of thought and mode of inquiry yaitu suatu pandangan bahwa sumber Ilmu bukan hanya berasal dari rasio dan empiris sebagaimana yang dianut dalam masyarakat barat, tetapi juga dari wahyu. Dari definisi yang dimaksud diatas kesimpulan bahwa ada 3 unsur pokok yang mendasari Ilmu Pengetahuan :
1.Rasionalis yang menggunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuan, premis yang digunakan dalam penalaran diperoleh dari ide yang menurut anggapanya jelas dan dapat diterima oleh akal.
2.Empiris, bahwa pengetahuan manusia itu didapatkan melalui pengalaman yang konkrit.
3.Wahyu, tidak memerlukan penalaran tetapi menggunakan Wahyu sebagai sumber pengetahuan atau sains yang menjadi petunjuk atau ispirasi akal untuk menemukan hukum alam (sunnatullah).

Selain itu ilmu sosial dikawal oleh akhlaqul karimah artinya orang-orang yang mengembangkan, menciptakan dan ada yang menggunakan tekhnologi harus memiliki akhlaqul karimah yang kuat agar tekhnologi yang diciptakan berorientasi untuk membangun peradaban yang manusiawi, sehingga tekhnologi tidak digunakan untuk hal-hal yang merusak. Seperti tenaga nuklir misalnya disatu pihak dapat menjadi sumber energi bagi manusia, tetapi juga bisa digunakan untuk menjadi senjata permusuhan bagi manusia, sebagaimana nagasaki dan hirosima yang dibom oleh Amerika Serikat. Ilmu Sosial mengalami keterhambatan dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dibutuhkan Ilmu sosial yang tidak berhenti pada menjelaskan fenomena sosial, tetapi dapat memecahkan secara memuaskan menurut kuntowijoyo kita butuh Ilmu sosial profetik : yaitu Ilmu Sosial yang tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial tetapi juga memberi petunjuk kearah mana transformasi itu dilakukan, yaitu ilmu sosial yang mampu mengubah fenomena berdasarkan cita-cita etik dan profetik tertentu, yaitu yang berdasarkan tiga hal : cita-cita manusia, libersi, dan transendensi. Cita-cita profetik dapat dilihat dalam kandungan surat Al-Imran ayat 110 :
“kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah”.
Tujuan pertama ialah memanusiakan manusia seperti industrialisasi yang kini terjadi kadang menjadikan manusia sebagian dari masyarakat abstrak tanpa wilayah kemanusiaan. Kita menjalani obyektifitas ketika berada ditengah-tengah mesin politik dan mesin pasar, manusia telah menjadi bagian dari skrup mesin yang tidak lagi menyadari keberadaannya secara utuh kedua liberisasi bertujuan pembahasan manusia dari kungkungan tekhnologi, dan memeras kehidupan orang miskin yang tergusur oleh kekuatan ekonomi raksasa dan berusaha membebaskan manusia dari belenggu yang kita buat sendiri. Ketiga tujuan transendensi adalah menumbuhkan dimensi transendental dalam kebudayaan. Dan yang harus kita lakukan membersihkan diri dengan meningkatkan kehidupan pada dimensi transendentalnya. Dengan ilmu sosial profetik kita diharuskan mempunyai pandangan bahwa sumber ilmu bukan hanya berasal dari rasio dan empiri sebagaimana yang dianut dalam masyarakat barat, tetapi juga dari wahyu. Dengan ilmu sosial yang demikian maka umat islam akan dapat meluruskan gerak langkah perkembangan ilmu pengetahuan yang terjadi saat ini dan juga meredam berbagai kerusuhan sosial dan tindakan kriminal. Fenomena tindakan kerusuhan kriminal, bencana kebakaran hutan, penyimpangan sosial, dan masalah sosial lainnya bukan masalah yang berdiri sendiri, semua itu merupakan produk sistem dan pola pikir. Pemecahan terhadap masalah tersebut salah satu alternatif adalah dengan memberikan nuansa keagamaan pada ilmu sosial yang oleh kuntowijoyo disebut sebagai ilmu sosial profetik.

4. Peranan Ilmu Sosial Profetik Pada Era Globalisasi
Islam selalu membuka diri terhadap seluruh warisan kebudayaan sejak beberapa adat yang lalu Islam mewarisi peradaban manusia. Kita tidak membangun dari luang hampa hal tersebut dapat dipahami dari kandungan surat al-maidah ayat 3. Berkata ‘‘telah Ku-sempurnakan agama-mu’’.mengandung arti bukan membangun dari ruang hampa melainkan dari bahan-bahan yang sudah ada. Hal demikian dapat dilihat dari kenyataan sejarah semua agama dan peradaban mengalami proses meminjam dan memberi dalam Interaksi mereka satu sama lain sepanjang sejarah. Dalam bidang IPTEK islam bukan agama yang tertutup. Islam adalah paradigma terbuka sebagai mata rantai peradaban dunia. Islam mewarisi Peradaban Yunani dari barat dan Peradaban Persia, India, dan Cina dari timur. Ketika abad VIII - XV peradaban barat dan timur tenggelam dan mengalami kemerosotan. Islam bertindak sebagai pewaris utama kemudian diambil alih oleh barat sekarang. Islam mengembangkan matematika india, ilmu kedokteran dari cina, sistem pertahanan sasanid dan logika Yunani dsb. Namun dalam proses penerimaannya itu terdapat dialektika Internal. Misalnya untuk bidang pengkajian tertentu islam menolak bagian logika Yunani yang sangat rasional, diganti dengan cara berfikir yang menekankan rasa seperti yang dikenal seperti Tasawuf. Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran islam diturunkan bukan dalam ruang hampa, melainkan dalam setting sosial aktual, respon normatifnya mereflaksikan kondisi sosial aktual itu.

D.Kesimpulan
Agama pada umumnya dan islam pada khususnya dewasa ini semakin dituntut peranannya untuk menjadi pemandu dan pengarah kehidupan manusia agar tidak terperosok kepada keadaan yang merugikan dan menjatuhkan martabatnya sebagai makhluk mulia. Dalam situasi yang semakin global seperti sekarang ini dihadapkan kepada berbagai tantangan. Dalam keadaan demikian, dijumpai adanya manusia yang berhasil menyikapi kehidupan global tersebut secara lebih bermakna dan berguna, tetapi malah ada juga yang tidak tahu arah yang harus dituju. Agama dapat diharapkan untuk memberikan jawaban terhadap berbagai masalah baik yang berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, politik, keamanan diyakini bahwa agama mendukung nilai-nilai universal dan absolute yang mampu memberikan resep-resep mujarab yang tidak ada habis-habisnya.

DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin MA. 2008. Methodologi Studi Islam. Jakarta : PT Raja Grasindo Persada.
Kuntowijoyo. 1991. Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi. Bandung : Mizan.
Abdullah, M. Yatimin M.A.G. 2006. Studi Islam Kontemporer . Jakarta : Amzah.

Tidak ada komentar: