PENGARUH KULTUR TERHADAP MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN

PENGARUH KULTUR TERHADAP MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN

A. PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan juga sangat berperan untuk mencerdaskan dan menyejahterakan kehidupan bangsa. Dari berbagai lapangan pendidikan yang ada, sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berperan dalam proses sosialisasi individu agar menjadi anggota masyarakat yang bermakna bagi masyarakatnya. Untuk itu, tiap-tiap lembaga pendidikan harus melaksanakan manajemen sebaik-baiknya guna mencapai keberhasilan yang diinginkan, mulai dari pengelolaan, perencanaan, kepemimpinan, organisasi, maupun kontrol.

Perlu diingat sekali lagi, melalui pendidikan formal akan terbentuk kepribadian seseorang yang diukur dari perkembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Betapa dunia pendidikan di Tanah Air ini akan terangkat jika masing-masing lembaga pendidikan menyadari akan pentingnya manajemen lembaga pendidikan. Permasalahan yang baru-baru ini kita jumpai yaitu konflik tawuran antar pelajar yang berakibat pertumpahan darah, sangatlah memprihatinkan. Tentu yang menjadi acuan utama adalah pengaruh budaya terhadap lembaga pendidikan atau sebaliknya sejauh mana lembaga pendidikan dapat membangun budaya yang kuat untuk mengantisipasi pengaruh buruk budaya luar. Selengkapnya akan dibahas dalam makalah ini.



B. PERMASALAHAN

Dalam makalah ini akan membahas permasalahan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kultur / budaya?

2. Bagaimana pengaruh kultur / budaya terhadap manajemen lembaga pendidikan?





C. PEMBAHASAN

1. Pengertian Kultur / Budaya

Kata ”budaya” berasal dari (bahasa Sansekerta) buddayah yang merupakan bentuk jamak dari kata “budhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”. Berikut ini beberapa pengertian budaya atau kebudayaan menurut para ahli:

a) Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil yang harus didapatkannya dengan belajar, dan semua itu tersusun dalam kehidupan masyarakat.

b) Menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

c) Menurut Kotter & Heskett (Marno & Triyo Supriyanto, 2008: 138) budaya dapat diartikan sebagai totalitas pola perilaku, kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya dan pemikiran manusia yang mencirikan suatu masyarakat atau penduduk yang ditransmisikan bersama.

d) Menurut Herkovits budaya adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.

Berdasarkan pendapat di atas dapat kami simpulkan bahwa budaya ialah keseluruhan aspek kehidupan manusia lahir maupun batin yang pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu sehingga menghasilkan ekspresi simbolis dari kebiasaan sosial mereka.

Dalam organisasi juga terdapat kultur organisasi atau budaya organisasi yang dipandang sebagai sebuah sistem, sehingga dapat membedakan organisasi satu dengan yang lain. Ada enam karakteristik penting dari budaya organisasi, menurut Fred Luthan dan Edgar Schein (Hikmat, 2011: 244) :

1) Observed behavioral regularities, yaitu keberaturan cara bertindak dari para anggota yang tampak teramati.

2) Norms, yaitu berbagai standar perilaku yang ada termasuk di dalamnya tentang pedoman sejauh mana suatu pekerjaan harus dilakukan.

3) Dominant values, yaitu adanya nilai-nilai inti yang dianut bersama oleh seluruh anggota organisasi, misalnya tentang kualitas produk yang tinggi, absensi yang tenddah atau efisiensi yang tinggi.

4) Philosophy, yaitu adanya kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan keyakinan organisasi dalam memperlakukan pelanggan dan karyawan

5) Rules, yaitu adanya pedoman yang ketat, dikaitkan dengan kemajuan organisasi,

6) Organization climate, merupakan perasaan keseluruhan yang tergambarkan dan disampaikan melalui tata ruang, cara berinteraksi para anggota organisasi, dan cara anggota organisasi memperlakukan dirinya dan pelanggan atau orang lain.

Sedangkan menurut Ike Kusdyah Rachmawati (Hikmat, 2011: 211) terdapat tujuh karakteristik budaya organisasi:

1. Inovasi dan pengambilan resiko

2. Perhatian ke rincian

3. Orientasi hasil

4. Orientasi orang

5. Orientasi tim

6. Kemantapan

Dari karakteristik di atas dapat kita cermati bahwa kultur organisasi dibangun oleh suatu kreativitas dan aktivitas anggota yang inovatif, yang berusaha membangun image yang baik tentang organisasinya. Pembaharuan terhadap kinerja dengan mempertimbangkan perubahan zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor pendorong yang sangat kuat untuk merangsang anggota organisasi agar senantiasa memiliki kecerdasan dan kreativitas yang inovatif dan konstruktif.

Membicarakan budaya organisasi, kaitannya sangat erat dengan manajemen lembaga pendidikan, yang mana lembaga pendidikan merupakan sebuah organisasi. Dan budaya harus dibangun dalam sebuah organisasi guna mengantisipasi pengaruh buruk dari teknologi, globalisasi, modernisasi atau budaya luar. Adapun kekuatan budaya organisasi sangat ditentukan oleh hal – hal berikut:

a) bertambahnnya jumlah anggota organisasi.

b) keyakinan anggota terhadap nilai – nilai yang dianut oleh organisasi.

c) keteladanan pemimpin organisasi, penghargaan yang maksimal terhadap prestasi kerja anggota.

d) pendelegasian yang proporsional dan profesional.

e) pengembangan kesejahteraan anggota.

f) adaptabilitas yang mengakar dari anggota terhadap tata kerja dan sistem nilai yang dianut dalam berorganisasi.

Fungsi budaya dalam sebuah organisasi:

1) Berperan menetapkan tapal tanpa batas

2) Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota organisasi

3) Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada suatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.

4) Budaya meningkatkan kemantapan sistem sosial.

Sumber kultur yang amat penting, yaitu:

a) sumber nilai yang diyakini kebenarannya

b) kebetuhan yang sama dari anggota terhadap keadilan dan tanggung jawab kebersamaan

c) sosialisasi yang diadaptasikan dengan kebudayan lokal setempat

d) struktur kepemimpinan dan kekuasaan yang otoriter atau kharisma yang teradaptasikan secara turun temurun

e) persepsi yang sama tentang kemashlahatan yang diperoleh secara sosial.

Sumber kultur lainnya adalah kepemimpinan dan peran pemimpin organisasi yang menerapkan pola-pola kepemimpinan yang berbeda-beda, dalam hal ini jika di lembaga sekolah tidak lain adalah Kepala Sekolah. Kemudian sumber kultur lainnya yaitu kebiasaan atau adat masyarakat yang telah lama dijadikan norma sosial.

Dengan memahami konsep tentang budaya organisasi di atas, dapat kita pahami bahwa budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah.

Secara umum, penerapan konsep budaya organisasi di sekolah sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penerapan konsep budaya organisasi lainnya. Kalaupun terdapat perbedaan hanya terletak pada jenis nilai dominan yang dikembangkannya dan karakateristik dari para pendukungnya. Artinya nilai-nilai yang dikembangkan di sekolah, tentunya tidak dapat dilepaskan dari keberadaan sekolah itu sendiri sebagai organisasi pendidikan, yang memiliki peran dan fungsi untuk berusaha mengembangkan, melestarikan dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada para siswa.





















2. Pengaruh Kultur terhadap Manajemen Lembaga Pendidikan

Berbicara tentang manajemen lembaga pendidikan tidak terlepas dari unsur-unsur yang membentuk budaya lembaga itu sendiri. Salah satunya adalah lingkungan sekolah yang terdiri atas lingkungan internal sekolah, misalnya tempat belajar dan mengajar dan peran penting dari keberadaan para pendidik dan anak didik atau ada guru dan murid, para karyawan sekolah, alat-alat, fasilitas sekolah, perpustakaan dan aktivitas pembelajaran. Semua itu secara keseluruhan terlibat langsung dalam suasana interaktif yang membentuk kultur lembaga pendidikan.

Adapun lingkungan lembaga pendidikan yang bersifat eksternal adalah keberadaannya di luar lembaga, misalnya lingkungan masyarakat, hubungan struktural sekolah dengan pemerintah dan interaksi pihak lembaga dengan keluarga seluruh anak didik.

Kultur yang telah dibangun sedemikian kuat oleh pelaku pendidikan mempengaruhi kehidupan anak didik, antara lain mempengaruhi hal-hal:

a. Kehidupan beragama

b. Kehidupan berkeluarga

c. Kehidupan bermasyarakat

d. Cara berfikir dan bertindak

e. Cara menghadapi dan menyelesaikan masalah

f. Sikap hidup yang berhubungan dengan pertahanan diri

g. Pola hubungan timbal balik dari kepentingan sosial, ekonomi, politik, dan mentalitas budaya suatu negara.

Lembaga pendidikan adalah wadah budaya, sebagaimana organisasi. Oleh sebab itu mentalitas masyarakat dibentuk oleh budaya lembaga pendidikan, yang apabila memiliki kekuatan tak tertandingi, akan dapat memerankan sikap hidup yang edukatif dalam kehidupan sosial yang lebih luas. Sebaliknya jika budaya lembaga pendidikan dapat dikalahkan oleh keadaan sosial yang lebih kompleks, pengaruhnya sangat dominan mengubah sikap dan mentalitas masyarakat, dan secara otomatis pendidikan luluh oleh budaya sosial yang lebih superior.

Pengaruh karakteristik budaya organisasi tersebut terhadap lembaga pendidikan, yang terutama adalah terhadap sikap dan watak subjek dan objek pendidikan. Sikap hidup yang dbentuk oleh aturan moralitas yang bertitik tolak dari nilai-nilai agama, adat masyarakat, kerukunan anar umat manusia dalam beragama budaya, ras dan etnis , dapat dikembangkan secaa edukatif oleh lembaga pendidikan.

D. KESIMPULAN

1. Budaya berasal dari (bahasa Sansekerta) buddayah yang merupakan bentuk jamak dari kata “budhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”, yakni keseluruhan aspek kehidupan manusia lahir maupun batin yang pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu sehingga menghasilkan ekspresi simbolis dari kebiasaan sosial mereka.

2. Kultur yang telah dibangun sedemikian kuat oleh pelaku pendidikan mempengaruhi kehidupan anak didik, antara lain mempengaruhi hal-hal:

a. Kehidupan beragama

b. Kehidupan berkeluarga

c. Kehidupan bermasyarakat

d. Cara berfikir dan bertindak

e. Cara menghadapi dan menyelesaikan masalah

f. Sikap hidup yang berhubungan dengan pertahanan diri

g. Pola hubungan timbal balik dari kepentingan sosial, ekonomi, politik, dan mentalitas budaya suatu negara.

Tidak ada komentar: