A. Pendahuluan
Sebuah masyarakat (Bani Abbasiyah) yang punya kesadaran yang tinggi akan ilmu, hal ini ditunjukkan masyarakat yang sangat antusias dalam mencari ilmu, penghargaan yang tinggi bagi para ulama, para pencari ilmu, tempat-tempat menuntut ilmu, banyaknya perpustakaan-perpustakaan pribadi yang dibuka untuk umum dan juga hadirnya perpustakaan Bayt al-Hikmah. Tak heran jika kita menemukan tokoh-tokoh besar yang lahir pada masa ini. Sejak terbunuhnya Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir dari dinasti Bani Umayyah oleh seorang pemuda berdarah persia yang gagah berani dan cerdas bernama Abu Muslim Al-Khurasani di fusthath. Mesir pada bulan Dzulhijjah 132 H bertepatan dengan tahun 750 M, maka berakhirlah kekuasaan Bani Umayyah yang berkuasa kurang lebih 90 tahun. Dan itu berarti secara resmi sejak itu kekuasaan berpindah ketangan Bani Abbas yang kemudian lebih dikenal dengan Daulah Abbasiyah.
Daulah Abbasiyah berkuasa kurang lebih selama 5 abad, yaitu dari tahun 750 M hingga tahun 1258 M. Masa pemerintahan yang panjang tersebut telah mengukir sejarah keemasan (golden age) dalam peradaban islam terutama pada masa pemerintahan Khalifah Al-Maknun. Berbagai kemajuan dan perkembangan telah dicapai selama masa kekuasaan Daulah Bani Abbasiyah.
B.Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa pokok persoalan sebagai berikut :
1.Apa saja bentuk-bentuk peradaban islam pada masa Daulah Bani Abbasiyah?
2.Bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan agama dan Syari’at di masa Daulah Bani Abbasiyah?
C.Pembahasan
1.Bentuk-bentuk peradaban islam Pada Masa Daulah Bani Abbasiyah
Masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan masa kejayaan islam dalam bebagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada zaman ini umat islam telah banyak melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan, yaitu upaya penerjemahan karya-karya terdahulu dan juga melakukan riset tersendiri yang dilakukan oleh para ahli. Kebangkitan ilmiah pada zaman ini terbagi didalam tiga lapangan, yaitu : kegiatan menyusun buku-buku ilmiah, mengatur ilmu-ilmu islam dan penerjemahan dari bahasa asing.
Setelah tercapai kemenangan dimedan perang, tokoh-tokoh tentara membukakan jalan kepada anggota-anggota pemerintahan, keuangan, undang-undang, dan berbagai ilmu pengetahuan untuk bergiat dilapangan masing-masing. Dengan demikian muncullah pada zaman itu sekelompok penyair-penyair handalan, filosof-filosof, ahli-ahli sejarah, ahli-ahli ilmu hisab, tokoh-tokoh agama dan pujangga-pujangga yang memperkaya perbendaharaan bahasa arab.
Adapun bentuk-bentuk peradaban islam pada masa Daulah Bani Abbasiyah adalah sebagai berukut :
1). Kota-kota Pusat Peradaban
Diantara kota pusat peradaban pada masa Dinasti Abbasiyah adalah Baghdad dan Samarra. Baghdad merupakan ibu kota negara kerajaan Abbasiyah yang didirikan khalifah Abu Ja’far Al-Manshur (754-775 M) pada tahun 762 M. Sejak awal berdirinya kota ini sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan. Ke kota inilah para ahli ilmu datang beramai-ramai untuk belajar. Sedangkan kota samarra terletak di sebelah timur sungai Tigris, yang berjarak 60 km dari kota Baghdad. Di dalamnya terdapat 17 istana mungil yang menjadi contoh seni bangunan islam di kota-kota lain.
2) Bidang Pemerintahan
Pada masa Abbasiyah I (750-847 M), kekuasaan khalifah sebagai kepala negara sangat terasa sekali dan benar seorang khalifah adalah penguasa tertinggi dan mengatur segala urusan negara. Sedangkan masa Abbaiyah II (847-946 M) kekuasaan khalifah sedikit menurun, sebab wazir (perdana mentri) telah memiliki andil dalam urusan negara. Dan masa Abbasiyah III (946-1055 M) dan Abbasiyah IV (1055-1258 M), khalifah menjadi boneka saja, karena para gubernur didaerah-daerah telah menempatkan diri mereka sebagai penguasa kecil yang berkuasa penuh. Dengan demikian pemerintah pusat tidak ada apa-apanya lagi. Dalam pembagian wilayah (propinsi), pemerintah Bani Abbasiyah menamakannya dengan Imaraat, gubernurnya bergelar Amir/Hakim. Imaraat saat itu ada 3 macam, yaitu: Imaraat Al-istikhfa, Imaraat Al-Amaarah Al-khassah dan Imaraat Al-istilau. Kepada wilayah/Imaraat ini diberi hak-hak otonomi terbatas, sedangkan desa/al-Qura dengan kepala desanya as-Syaikh al-Qoryah diberi otonomi penuh. Selain hal tersebut diatas, Dinasti Abbasiyah juga telah membentuk angkatan perang yang kuat dibawah panglima, sehingga khalifah tidak turun langsung dalam menangani tentara. Khalifah juga membentuk Baitul Mal/Departemen keuangan untuk mengatur keuangan negara khususnya. Di samping itu juga khalifah membentuk badan peradilan, guna membantu khalifah dalam urusan hukum.
3). Bangunan Tempat Pendidikan dan Peribadatan
Diantara bentuk bangunan yang dijadikan sebagai lembaga pendidikan adalah madrasah. Madrasah yang sangat terkenal saat itu adalah Madrasah Nizamiyah,yang didirikan di Baghdad, Isfahan, Nisabur, Basrah, Tabaristan, Hara dan Musol oleh Nizam al-Mulk seorang perdana mentri pada tahun 456-486 H. Selain madrasah terdapat juga Kuttab sebagai pendidikan dasar dan menengah. Majlis Muhadhoroh sebagai tempat pertemuan dan diskusi para ilmuan, serta Darul Hikmah sebagai perpustakaan.
Disamping itu juga terdapat bangunan berupa tempat-tempat peribadatan seperti masjid. Masjid saat itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat pelaksanaan ibadah sholat, tetapi juga sebagai tempat pendidikan tingkat tinggi dan takhassus. Di antara masjid-masjid tersebut adalah masjid Cordova. Ibnu Toulun, Al-Azhar dan lain sebagainya.
4). Bidang Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan pada masa Daulah Bani Abbasiyah terdiri dari ilmu naqli dan ilmu ‘aqli. Ilmu ‘aqli terdiri dari Ilmu Tafsir, Ilmu Kalam, Ilmu Tasawuf dan Ilmu Bahasa. Adapun ilmu ‘aqli seperti Ilmu Kedokteran, Ilmu Perbintangan, Ilmu kimia, Ilmu Pasti, Logika, Filsafat, dan Geografi.
2. Perkembangan Ilmu Agama dan Syari’at di Masa Daulah Bani Abbasiyah
Selama Bani Abbasiyah berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi 5 periode: 1.Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/874 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
2.Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
3.Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa pemerintahan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4.Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan Bani Seljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5.Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa kholifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaanya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.
Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas mencapai masa kemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Disisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tinggi. Periode ini juga berasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuaan terus berkembang.
a. Perkembangan Ilmu dan Metode Tafsir Al-Qur’an
Dalam bidang tafsir dari awal sudah dikenal dua metode, disambung pertama, penafsiran tafsir bi al-Mat’sur yaitu interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari nabi dan para sahabat. Kedua Tafsir bi al-ra’yi yaitu metode rasional yang lebih banyak bartumpu kepada pendapat dan pikiran dari pada hadist dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa tafsir dengan metode bi al-ra’yi (tafsir rasional) sangat dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal ini juga terlihat dalam ilmu fiqih dan terutama pada ilmu teologi. Perkembangan logika dikalangan umat Islam sangat mempengaruhi perkembangan dua bidang ilmu tersebut.
b. Perkembangan Ilmu Hadist
Pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah hadist mulai diklasifikasikan secara sistematis dan kronologis. Sehingga kita kenal dengan klasifikasi hadist Shahih, Dhaif, dan Maudhu. Bahkan dikemukakan pula kritik sanad dan matan sehingga terlihat jarah dan takdil rawi yang meriwayatkan hadist tersebut. Pada masa ini muncullah ahli-ahli hadist, antara lain:
Imam Bukhari, yaitu Imam Abu Abdullah Muhammad Ibnu Abi al-Hasan Al-Bukhari. Lahir di bukhara tahun 194 H dan wafat tahun 256 H di Baghdad.
Imam Muslim, yaitu Imam Abu Muslim Ibu Al-hijjaj Al Qusshairy An Nais habury, wafat tahun 261 H di Naishabur.
c. Perkembangan Ilmu Qira’at
Qira’at Sab’ah menjadi termashur pada permulaan abad kedua hijriyah, dibukukan sebagai sebuah ilmu pada penghunjung abad ketiga hijriyah di Baghdad oleh imam Ibn Mujahid Ahmad bin Musa Ibnu Abbas, beliau amat teliti, tidak mau meriwayatkan kecuali dari orang yang kuat ingatannya (dhabit), dapat dipercaya dan panjang umur dalam mengikuti Qira’at. Disamping itu harus ada kesepakatan mengambil atau memberi darinya. Dari data ini dapat diambil kesimpulan bahwa di zaman Abbasiyah perkembangan ilmu Qira’at mencapai puncaknya.
Ahli Qira’at yang terkenal dimasa pemerintahan Bani Abbas periode pertama diantara lain:
Yahya bin Al-Harits A Dzamary
Hamzah bin Habib Az Zayyat
Abu Abdirrahman Al Muary
Khalaf bin Hisyam Al Bazzaz
d. Perkembangan Ilmu Fiqih
Dalam bidang fiqih, pada masa ini lahir fuquha legendaris yang kita kenal seperti:
Imam Abu Hanifah (700-767 M)
Imam Malik (713-795 M)
Imam Syafi’i (767-820 M)
Imam Ahmad Ibn Hambali (780-855 M)
e. Perkembangan Ilmu Kalam
Perdebatan para ahli mengenai soal dosa, pahala, surga dan neraka, serta pembicaraan mereka mengenai ketuhanan dan tauhid menghasilkan suatu ilmu, yaitu ilmu tauhid atau ilmu kalam.
Diantara aliran ilmu kalam yang berkembang adalah Jabariyah, Qadariyah, Mu’tazilah dan Asy’ariyah.
f. Perkembangan Ilmu Bahasa
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang sangat efektif. Bahsa tidak hanya dipergunakan dalam berkomunikasi lewat lisan, tetapi juga digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan seni disamping sebagai bahasa ilmiah. Ilmu bahasa yang berkembang pada waktu itu adalah Nahwu, Sharaf, Bayan, Badi’ dan Arudh.
D. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kekuasaan Dinasti Abbasiyah merupakan zaman keemasan Islam dalam sejarah peradaban islam. Hal ini ditandai dengan berkembang pesatnya Ilmu Pengetahuan Agama dan Syari’at, seperti Ilmu Qira’at, Hadist, Fiqih dan Ilmu Bahasa.
E. Penutup
Demikianlah sekilas tentang pengaruh peradaban islam pada masa daulah bani abbasiyah yang kami sajikan dalam makalah ini secara sederhana. Sebagai insan biasa, kami sangat yakin bahwa akan ada kekurangan dan suatu kesalahan dalam makalah ini. Maka kami pun hanya mampu untuk meminta kerelaan atas segala kehilafan, serta semoga dengan kritik dan saran yang membangun, makalah ini dapat menuju kearah yang lebih baik.
F. Daftar Pustaka
Badri Yatim.1994.Sejarah Peradaan Islam Dirasah Islamiyah II.Jakarta : Penerbit PT Raja Grafindo Persada.
Harun Nasution.1999.Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya . Jakarta : UI Press.
Drs. Ma’ruf Misbah dkk. 1996. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang : CV Wicaksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar