A. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangannya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan sosial dan budaya yang sedang terjadi di dalam masyarakat pemikiran dan praktik pendidikan sejak dahulu, kini maupun masa yang akan datang senantiasa akan mengalami dinamika perubahan. Pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang muncul bersamaan dengan dinamika perkembangannya serta merta membawa perubahan yang kemudian lebih dikenal dengan aliran-aliran pendidikan.
Aliran-aliran pendidikan tersebut secara historis muncul sejak zaman Yunani kuno hingga sekarang. Setiap aliran pendidikan dapat dimaknai sebagai upaya untuk memperbaiki martabat manusia agar generasi berikutnya mendapatkan pemaknaan pendidikan yang lebih baik daripada pendidikan yang dirasakan oleh para orang tua mereka sebelumnya.
Setiap aliran pendidikan memiliki pandangan yang berbeda dalam memandang perkembangan manusia. Hal ini berdasarkan faktor-faktor dominan yang dijadikan sebagai dasar pijakan bagi perkembangan manusia. Dalam makalah ini akan dipaparkan tentang aliran-aliran pendidikan baik aliran klasik maupun gerakan-gerakan baru.
B. PERMASALAHAN
Dalam makalah ini akan dipaparkan
1. Apakah aliran-aliran pendidikan itu (aliran klasik dan gerakan-gerakan baru dalam pendidikan)?
C. PEMBAHASAN
1. Aliran Klasik Dalam Pendidikan
Yang dimaksud dengan aliran klasik adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, konvergensi.
a. Aliran Empirisme
Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulsi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan. Atau dengan kata lain pada saat manusia dilahirkan bagaikan taburasa atau kertas yang kosong sehingga pendidikan memiliki peran yang sangat penting bahkan dapat menentukan keberadaan anak. Tokoh perintisnya adalah John Locke.
b. Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap dan pendidikan anak. Atau dengan kata lain orang yang berbakat tidak baik akan tetap tidak baik sehingga tidak perlu dididik untuk menjadi baik. Sebaliknya orang yang berbakat baik akan tetap baik dan tidak perlu dididik, karena ia tidak mungkin terjerumus menjadi tidak baik. Salah satu tokohnya adalah Arthur Schoupenhauer.
c. Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J.J Rosseau. Rosseau berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan hanya memiliki kewajiban memberi kesempatan kepada anak untuk tumbuh dengan sendirinya. Pendidikan hanya dapat berbuat menjaga agar pembawa yang baik pada tidak menjadi rusak akibat campur tangan masyarakat.
d. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh Wlliam Stern, ia berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
2. Gerakan Baru Pendidikan
a. Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll Leven. Di dalam pengajaran alam sekitar ditanamkan pemahaman, ampresiasi pemanfaatan lingkungan alami dan sumber-sumber pengetahuan diluar sekolah yang semuanya penting bagi perkembangan peserta didik. Melalui penjelajahan yang dilakukan maka sekarang peserta didik akan menghayati secara langsung tentang keadaan alam sekitar merta memanfaatkan waktu senggangnya.
b. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly dari Belgia. Pengajaran disusun menurut pusat perhatian anak yang dinamai Centers d’interet. Declory mencari dan menyelidiki naluri anak dalam pertumbuhannya. Naluri yang perlu didapatkan adalah naluri untuk mempertahankan diri, untuk makan bermain dan bekerja dan meniru. Selanjutnya disusun pusat perhatian.
1.untuk makan
2.untuk berlindung
3.mempertahankan diri terhadap musuh
4.untuk bekerja
Yang menarik pada pengajaran Declory ini bahwa anak selalu bekerja sendiri tanpa ditolong dan dilayani.
c. Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius menekankan agar pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa, dan tangan. J.H. Pestalozzi mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukaran di sekolahnya. George Kerschenstiener telah berhasil menciptakan lebih dari 50 macam pekerjaan di sekolah yang dibagi atas 2 golongan besar yaitu sekolah untuk perindustrian terbuka bagi calon masinis, tukang gunting, tukang pangkas dan sejenisnya. Sekolah perdagangan disusun menurut golongan makanan, pakaian, bank, asuransi dan sejenisnya. Semua latihan kerja dilakukan di sekolah, sehingga sekolah harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang mendukung.
d. Pengajaran Proyek
Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nama pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin lama makin penting, utamanya masyarakat maju. Konsep pemikiran WH Kilpatrick di dalam pengajaran proyek bahwa peserta didik yang telah aktif memecahkan persoalan, maka wataknya akan terbentuk.
D. KESIMPULAN
Aliran-aliran pendidikan klasik diantaranya adalah aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi. Sampai saat ini aliran-aliran tersebut masih sering digunakan walaupun dengan pengembangan-pengembangan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Aliran empirisme menyatakan bahwa perkembangan manusia tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan sejak lahir tidak berpengaruh pengalaman yang diproleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk pendidikan.
Aliran Nativisme menekankan kemampuan dalam diri anak itu sendiri yang di bawanya sejak ia lahir, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan anak.
Aliran Naturalisme berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan baik anak itu.
Menurut konvergensi bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan sangat penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
DAFTAR PUSTAKA
Laris, H. Zahara. 1992. Pengantar Pendidikan Jilid 1. Jilid 2. Jakarta. Penerbit : PT. Grasindo.
Tirtarahardja, Umar dan S.L La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Said, Moh. 1981. Pendidikan Abad Kedua puluh dengan Latar Belakang Kebudayaannya. Jakarta : Mutiara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar