1. Pertumbuhan dan perkembangan pada umumnya
Sebagai manusia kita pasti mengenal istilah pertumbuhan dan perkembangan dan kita juga mengalaminya karena pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri makhluk hidup. Namun tak jarang dari kita yang tidak mengerti arti dari perkembangan dan pertumbuhan itu sendiri. Banyak ahli yang mencoba memahami dan menafsirkan arti pertumbuhan dan perkembangan. Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan diartikan sebagai perubahan alamiah secara kuantitatif pada segi jasmaniah atau fisik dan atau menunjukkan kepada suatu fungsi tertentu yang baru (yang tadinya belum tampak) dari organisme atau individu. Konsep pertumbuhan mempunyai makna luas, mencangkup segi-segi kuantitatif dan kualitatif serta aspek-aspek fisik-psikis seperti yang terkandung dalam istilah-istilah pertumbuhan, kematangan dan belajar atau pendidikan dan latihan. Belajar atau pendidikan menunjukkan kepada perubahan pola-pola sambutan atau perilaku dan aspek-aspek kepribadian tertentu sebagai hasil usaha individu atau organisme yang bersangkutan dalam batas-batas waktu setelah tiba masa pekanya. Dengan demikian, dapat dibedakan bahwa perubahan-perubahan perilaku dan pribadi sebagai hasil belajar itu berlangsung secara intensional atau dengan sengaja diusahakan oleh individu yang bersangkutan, sedangkan perubahan dalam arti pertumbuhan dan kematangan berlangsung secara alamiah menurut jalannya pertambahan waktu atau usia yang ditempuh oleh yang bersangkutan. Pertumbuhan terbatas pada perubahan-perubahan yang bersifat evolusi (menuju ke arah yang lebih sempurna). Perubahan-perubahan aspek fisik dapat diidentifikasikan relative lebih mudah manifestasinya karena dapat dilakukan pengamatan langsung seperti tinggi dan berat badan, tanggal dan tumbuhnya gigi dan sebagainya. Lain halnya dengan segi-segi psikis yang relative sulit diidentifikasi karena kita hanya mengamati dan sampai batas tertentu.
Perkembangan diartikan sebagai perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan baik fisik maupun psikis.Perkembangan juga bertalian dengan beberapa konsep pertumbuhan (growth), kematangan (maturation), dan belajar (learning) serta latihan (training)..
Perkembangan individu dapat ditujukan dengan munculnya atau hilangnya, bertambah atau berkurangnya bagian-bagian, fungsi-fungsi atau sifat-sifat psikofisis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, yang sampai batas tertentu dapat diamati dan diukur dengan mempergunakan teknik dan instrument yang sesuai. Contoh perkembangan proses berpikir, kemampuan berbahasa dan lain-lain.
2. Psikologi anak
Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Menurut John Locke (dalam Gunarsa, 1986) anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), yang dipandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak, mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.
Sobur (1988), mengartikan anak sebagai orang yang mempunyai pikiran, perasaan, sikap dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan. Haditono (dalam Damayanti, 1992), berpendapat bahwa anak merupakan mahluk yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu anak merupakan bagian dari keluarga, dan keluarga memberi kesempatan bagi anak untuk belajar tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam kehidupan bersama.
Pengertian anak juga mencakup masa anak itu exist (ada). Hal ini untuk menghindari keracunan mengenai pengertian anak dalam hubugannya dengan orang tua dan pengertian anak itu sendiri setelah menjadi orang tua. Kasiram (1994), mengatakan anak adalah makhluk yang sedang dalam taraf perkembangan yang mempunyai perasaan, pikiran, kehendak sendiri, yang kesemuannya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangannya.
Dalam proses perkembangan manusia, dijumpai beberapa tahapan atau fase dalam perkembangan, antara fase yang satu dengan fase yang lain selalu berhubungan dan mempengaruhi serta memiliki ciri-ciri yang relatif sama pada setiap anak. Disamping itu juga perkembangan manusia tersebut tidak terlepas dari proses pertumbuhan, keduanya akan selalu berkaitan. Apabila pertumbuhan sel-sel otak anak semakin bertambah, maka kemampuan intelektualnya juga akan berkembang. Proses perkembangan tersebut tidak hanya terbatas pada perkembangan fisik, melainkan juga pada perkembangan psikis.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa anak merupakan mahkluk sosial, yang membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya, anak juga mempunyai perasaan, pikiran, kehendak tersendiri yang kesemuanya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangan pada masa kanak-kanak (anak). Perkembangan pada suatu fase merupakan dasar bagi fase selanjutnya.
3. Hygiene rokhani
Kata “hygiene” berasal dari bahasa Yunani yang artinya ilmu untuk membentuk dan menjaga kesehatan (Streeth, J.A. and Southgate,H.A, 1986). Dalam sejarah Yunani, Hygiene berasal dari nama seorang Dewi yaitu Hygea (Dewi pencegah penyakit). Arti lain dari Hygiene ada beberapa yang intinya sama yaitu:
Ilmu yang mengajarkan cara-cara untuk mempertahankan kesehatan jasmani, rohani dan social untuk mencapai tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.
Suatu pencegahan penyakit yang menitikberatkan pada usaha kesehatan perseorangan atau manusia beserta lingkungan tempat orang tersebut berada.
Keadaan dimana seseorang, makanan, tempat kerja atau peralatan aman (sehat) dan bebas pencemaran yang diakibatkan oleh bakteri, serangga, atau binatang lainnya.
Menurut Brownell, hygine adalah bagaimana caranya orang memelihara dan melindungi kesehatan.
Menurut Gosh, hygiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh factor yang membantu/mendorong adanya kehidupan yang sehat baik perorangan maupun melalui masyarakat.
Yang dimaksud dengan kesehatan pribadi atau kesehatan perseorangan ialah segala usaha dan tindakan seseorang untuk menjaga, memelihara dan neningkatkan derajad kesehatannya sendiri dalam batas-batas kemampuannya, supaya mendapatkan kesenangan hidup dan mempunyai. tenaga kerja yang sebaik-baiknya, Kesehatan yang sempurna bukanlah tujuan, akan tetapi merupakan jalan untuk mencapai kesenangan hidup dan tenaga kerja yang sebaik-baiknya.
Selera hidupnya manusia harus melatih jasmani/fisik dan rokhaninya untuk mendapat kemajuan. Seseorang harus mengetahui batas tenaganya, baik di dalam melatih diri maupun dalam bekerja sehari-hari. Faktor-faktor yang dipengaruhi oleh kebiasaan harus mendapat perhatian, karena kebiasaan sangat memegang peranan dalam kehidupan manusia Kebiasaan sangat mernpengaruhi fisik dan mental seseorang.
Misalnya kebiasaan makan dan minum yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan, kebiasaan mandi di sungai yang airnya kotor, kebiasaan membuang kotoran. di sembarang tempat, kebia¬saan berpakaian dua tiga hari baru berganti pakaian, kebiasaan tidur sampai larut malam dan lain-lain kebiasaan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat ilmu kesehatan akan sangat berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia, Mengenai kebiasaan-kebiasaan tentang makan, mandi, tidur lainnya akan dibicarakan lebih terperinci nanti dalam buku ini. Membuat diri selalu sehat sangat beguna untuk masa kini dan untuk masa yang akan datang dan menguntungkan terhadap kesehatan masyarakat, karena dengan tidak adanya orang yang sakit, berarti tidak ada beban terhadap masyarakat serta hilangnya sumber-sumber penyakit. orang yang bertanggung jawab tidak membiarkan dirinya begitu saja sakit. Sehingga membuat dirinya menjadi sumber penyakit dan membuat orang lain menjadi sakit. Orang yang sejak kecil sakit-sakitan bila dewasa akan berbadan lemah. Orang yang sakit akan menderita fisik, mental, ekonomi dan menghambat karier hidupnya.
Kesehatan rokhani termasuk salah satu faktor yang sangat penting dalam kesehatan pribadi, Bahkan merupakan unsur yang sangat menentukan dari faktor-faktor yang lain.
Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan gejala-gejala penyakit jiwa (psychose).
Kesehatan mental adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup.
Kesehatan mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kebahagiaan kepada dirinya dan orang lain, serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.
Terwujudnya keharmornisan yang sungguh-sungguh antara fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problema-problema biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya.
Mempunyai kecakapan menyesuaikan diri pada segala kemungkinan dan mampu mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi. Mencapai kepuasan pribadi, ketenangan hidup tanpa merugikan kepada orang lain.
Suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang-orang lain.
Dari batasan-batasaan tersebut di atas kita dapat menngambil kesimpulan bahwa kebahagiaan hidup itu tidak hanya milik orang-orang yang tertentu saja melainkan milik setiap orang yang bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang nyata, tergantung bagaimana cara menghadapi masalah-masalah dan cara pemecahannya, Sebaliknya keadaan yang tidak menyenangkan itu tidak terbatas kepada orang tertentu saja tetapi juga tergantung bagaimana cara menghadapi suatu persoalan. Suatu contoh orang yang kaya belum tentu kalau ia merasakan kebahagiaan dalam hidupnya, ia merasa gelisah, cemas, merasa ti¬dak tentram hidupnya. Kecemasannya bukan karena kekurangan uang, tetapi disebabkan oleh hal-hal lain seperti kebosanan, tidak tahu apa yang harus dilakukan, atau mungkin selalu ingin menambah hartanya yang lebih banyak lagi. Perlu diketahui bahwa kesehatan mental itu adalah relatif di mana keharmonisan yang sempurna Itu tidak ada, yang ada dan dapat diketahui adalah seberapa jauh jarak seeorang dari kesehatan mental yang normal.
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh keturunan terhadap kecerdasan. Dari penelitian tersebut terbukti bahwa kecerdasan memang diwarisi artinya kecerdasan seseorang anak dipengaruhi oleh kecerdasan orang tuanya atau oleh nenek moyangnya sesuai dengan hukum keturunan.Akan. tetapi kalau tidak rnendapat kesempatan dan lingkungan yang baik, kecerdasan itu tidak akan mencapai kemampuan yang maksimal. pengaruh Kesehatan mental atas fikiran/kecerdasan memang besar sekali. Gejala yang sering kita lihat terhadap siswa / mahasiswa tidak dapat mengkonsentrasikan fikiran, sering lupa tentang sesuatu yang penting, kemampuan berfikir menurun, sehingga orang merasa seolah-olah ia tidak lagi cerdas.
4. Kecerdasan (Intellegensi) dan penilaiannya
Seorang individu memiliki potensi intelegensi didalam dirinya, sehingga individu manusia dibedakan dengan makhluk - makhluk hidup lainnya, kelebihan yang diberikan kepada manusia seperti sudah dipaparkan sebelumnya yaitu bahwa manusia memiliki suatu kemampuan dalam berperilaku tidak hanya menggunakan insting namun memiliki suatu kecerdasan yang disebut intelegensi dengan intelegensi tersebut manusia juga dapat menerima dan memproses suatu informasi yang diterimanya. Informasi yang ditangkap oleh individu sebagai sebuah stimulus untuk menggunakan kemampuannya berintelegensi sehingga informasi yang diterima oleh individu tersebut akan diolah atau diproses sehingga menghasilkan suatu respon tindakan dalam berperilaku sesuai dengan informasi yang diterimanya. Proses serta tahapan tersebutlah yang dinamakan dengan perilaku intelegensi. Oleh karena itu manusia dapat memecahkan suatu permasalahan serta memproses segala informasi yang diterimanya dengan menggunakan intelegensinya yang disebut perilaku intelegensi.
Indikator – indikator penting dari suatu perilaku inteligensi berdasarkan hasil penelitian mengenai kemampuan memproses informasi adalah berkaitan dengan ingatan jangka pendek, pengetahuan umum, penalaran dan pemecahan masalah, dan perilaku adaptasi.
Pemaparan tentang teori intelegensi sebagaimana yang telah diterangkan diatas bahwa intelegensi atau kecerdasan ialah suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi secara rasional sehingga dapat mengatasinya dengan cara yang manusiawi atau cara yang rasional pula. Berbagai definisi yang beragam terhadap penafsiran intelegensi menunjukkan bahwa konsep secara kongkrit mengenai definisi intelegensi itu sendiri belum secara akurat dan sempurna, namun keragaman pengertian tersebut tetap merujuk pada satu pengertian bahwa pada intinya intelegensi itu merupakan suatu kemampuan yang dipunyai setiap individu. Berarti kita dapat simpulkan bahwa intelegensi yang pasti dimiliki oleh manusia yang membedakan dengan makhluk lain tersebut ialah suatu kemampuan dari gift atau pemberian dan pembawaan.
Intelegensi pasti dimiliki oleh setiap manusia, terlepas apakah tingkat intelegensinya tinggi atau rendah, namun yang jelas bahwa setiap manusi memiliki suatu potensi untuk berkognisi dengan karena mempunyai satu factor inti yang dinamakan intelegensi. Potensi yang merupakan pemberian dan pembawaan ini merupakan pondasi awal seseorang dikatakan sebagai manusia, karena jika suatu makhluk yang tidak mempunyai intelegensi tidak bisa dikatakan manusia, tetap saja dikatakan sebagai hewan yang didorong oleh insting kehewanannya. Hal ini bukan berarti manusia tidak memiliki insting hewani, namun yang membedakan ialah manusia memiliki suatu kemampuan untuk merasionalkan informasi yang diterima sehingga bertindak secara rasional pula yaitu intelegensi.
Namun, yang menjadi pertanyaan besar, apakah intelegensi yang dimiliki oleh setiap manusia itu dapat bekerja dengan sendirinya? Apakah tindakan – tindakan rasional yang manusia lakukan sebagai pembeda antara manusia dengan hewan dapat begitu saja bekerja tanpa ada factor dari luar atau lingkungannya? Disinilah fungsi suatu pendidikan diperlukan untuk membuat kemampuan intelegensi dapat bekerja dengan baik sehingga bertindak layaknya seorang manusia.
Pendidikan merupakan suatu alat atau sarana untuk mengoptimalisasi kemampuan intelegensi seseorang agar dapat bertindak, berkognisi serta hidup dengan baik dan seimbang selaras dengan kehidupan manusia yang berbeda dengan hewan. Individu dibekali dengan kecerdasan serta insting, keduanya harus seimbang dan teroptimalisasi. Salah satu sarana untuk mengoptimalisasi serta menyeimbangkan potensi yang dimiliki manusia tersebut adalah peran pendidikan baik itu yang bersifat formal maupun non formal karena daya tangkap manusia menggunakan aspek intelegensinya tidak terbatas oleh formal maupun tidak formal, karena manusia dibekali kecerdasan untuk menangkap serta memproses segala informasi yang diterima individu di lingkungan manapun tidak terbatas pada satu institusi atau lingkungan belajar. Peran serta tujuan pendidikan tersebut ialah untuk memanusiakan manusia, karena intelegensi yang dimiliki manusia perlu untuk dilatih dan dioptimalisasi dengan baik. Kita berikan satu contoh ketika individu yang lahir lalu dia di asuh di lingkungan binatang, maka meskipun dia memiliki intelegensi, dia tidak akan berperilaku seperti halnya manusia, namun berperilaku seperti binatang, karena dia tidak terlatih untuk menggunakan kemampuan intelegensinya, akan tetapi bertindak menurut instingnya sesuai lingkungan yang dihadapinya. Berbeda dengan kucing, meskipun dari sejak ia lahir dibesarkan, dilatih serta diperlakukan layaknya manusia, dia tidak akan berperilaku layaknya seorang manusia namun tetap saja menjadi seekor kucing yang bertindak layaknya kucing meskipun dihadapkan pada lingkungan manusia. Dari contoh tersebut dapat kita ambil suatu kesimpulan bahwa intelegensi perlu untuk dilatih serta dihadapkan di lingkungan yang tepat sesuai dengan kelayakannya menjadi seorang manusia.
Maka dari itu, pendidikan pada hal untuk membentuk seorang manusia secara psikologis sangat berperan untuk menjadikan manusia seperti layaknya manusia yang terlatih untuk berfikir, berkemampuan, serta berperilaku dengan optimal dan manusiawi. Jika kita telaah dengan konsep intelegensi, maka pendidikan juga harus menyesuaikan dengan konsep intelegensi agar intelegensi individu berkembang secara optimal. Dalam konsep kecerdasan majemuk (Multiple Intelligence) karya Howard Gardner, bahwa kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang meliputi tujuh kecerdasan yaitu :
Intelegensi Verbal-Linguistik, Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan bahasa dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan membaca dan menulis.
Intelegensi Logical-Matematik, Merupakan kecerdasan dalam hal berfikir ilmiah, berhubungan dengan angka-angka dan simbol, serta kemampuan menghubungkan potongan informasi yang terpisah.
Intelegensi Visual Spasial, Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan seni visual seperti melukis, menggambar dan memahat. Selain itu juga kemampuan navigasi, peta, arsitek dan kemampuan membayangkan objek-objek dari sudut pandang yang berbeda.
Intelegensi Kinestetik Tubuh, Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan perasaan atau disebut juga dengan bahasa tubuh (body language). Kecerdasan ini berhubungan dengan berbagai keterampilan seperti menari, olah raga serta keterampilan mengendarai kendaraan.
Intelegensi Ritme Musikal, Merupakan kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan mengenali pola irama, nada dan peta terhadap bunyi-bunyian.
Intelegensi Intra-Personal, Kecerdasan yang berfokus pada pengetahuan diri, berhubungan dengan refleksi, kesadaran dan kontrol emosi, intuisi dan kesadaran rohani. Orang yang mempunyai kecerdasan intra-personal tinggi biaasanya adalah para pemikir (filsuf), psikiater, penganut ilmu kebatinan dan penasehat rohani.
Intelegensi Interpersonal Kecerdasan yang berhubungan dengan keterampilan dan kemampuan individu untuk bekerjasama, kemampuan berkomunikasi baik secara verbal maupun non-verbal. Seseorang dengan tingkat kecerdasan Intrapersonal yang tinggi biasanya mampu membaca suasana hati, perangai, motivasi dan tujuan yang ada pada orang lain. Pribadi dengan Potensi Intelegensi Interpersonal yang tinggi biasanya mempunyai rasa empati yang tinggi.
Didalam system pendidikan, teori tentang kecerdasan ini tidak bisa disepelekan, lebih harus memperhatikan serta menelaah lebih jauh tentang konsep teori
Kemajemukan intelegensi yang dimiliki manusia tersebut haruslah bekerja secara seimbang untuk menciptakan manusia yang berkualitas, maka mindset yang perlu diubah mengenai fokus pendidikan yang ada pada saat ini sangatlah perlu demi mencapai suatu tingkat optimalitas yang seimbang pada individu sehingga mencapai kualitas yang terbaik dari hasil proses pendidikan.
5. Perbedaan-perbedaan individu
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan karakteristik yang memperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.
Natur dan nature merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada setiap tingkat perkembangan. Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu garis keturunan ayah dan garis keturunan ibu. Sejak terjadinya pembuahan atau konsepsi kehidupan yang baru, maka secara berkesinambungan dipengaruhi oelh bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang.
Dalam aspek perkembangan individu, dikenal ada dua fakta yang menonjol, yaitu semua diri manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan didalam pola perkembangannya, dan di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia – secara biologis dan sosial – tiap-tiap individu mempunyai kecenderungan berbedA. Perbedaan-perbedaan tersebut secara keseluruhan lebih banyak bersifat kuantitatif dan bukan kualitatif.
Makna “perbedaan” dan “perbedaan individual” menurut Lindgren (1980) menyangkut variasi yang terjadi, baik variasi pada aspek fisik maupun psikologis.
Adapun bidang-bidang dari perbedaannya yakni:
Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Setiap orang memiliki persepsi tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek. Berarti ia menguasai segala sesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya.
Bahasa merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis. Kemampuan berbaha sangat dipengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor fisik (organ bicara).
Kecakapan motorik atau kemampuan psiko-motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syarat motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan.
Perbedaaan latar belakang dan pengalaman mereka masing-masing dapat memperlancar atau menghambat prestasinya, terlepas dari potensi individu untuk menguasai bahan.
Bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir. Kemampuan tersebut akan berkembang dengan baik apabila mendapatkan rangsangan dan pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak berkembang sama, manakala lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang, dalam arti tidak ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.
Perbedaan latar belakang, yang mliputi perbedaan sisio-ekonomi sosio cultural, amat penting artinya bagi perkembangan anak. Akibatnya anak-anak pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat kesiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas.
6. Hakekat Perbuatan belajar
Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan yang berlangsung di sekolah, yang paling utama adalah kegiatan belajar, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik.
Belajar merupakan suatu proses usaha atau interaksi yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman itu sendiri. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:13) pengertian belajar adalah “(1) berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu; (2) Berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman”.
Rusyan (1998: 8) mengemukakan bahwa “belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi”. Selanjutnya Dewey (1998:18) mengemukakan bahwa belajar adalah “integrasi dari pengalaman masa lalu dengan keadaan seseorang pada waktu sekarang untuk kemudian diaplikasikan di masa datang”.
Senada dengan pendapat itu dari Davidoff (1998:198) menjelaskan bahwa belajar adalah “sebagai perubahan secara selektif yang berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman masa lalu”.
Dari beberapa pandapat di atas dapat dijelaskan bahwa belajar adalah suatu perubahan atau transformasi yang terjadi dalam proses mental yang diperoleh melalui praktik atau latihan yang dapat menunjang perubahan tingkah laku. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian belajar adalah setiap kegiatan atau usaha untuk memperoleh pengetahuan, pengertian, dan keterampilan tertentu sehingga terjadi perubahan atau peningkatan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbuatan belajar
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik/ alam dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik/ alami termasuk didalamnya adalah seperti keadaaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dsb. Belajar pada keadaan udara yang segar, akan lebih baik hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan pengap.
Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seseorang yang sedang belajar memecahkan soal yang rumit dan membutuhkan konsentrasi tinggi, akan terganggu jika ada orang lain keluar-masuk, bercakap-cakap didekatnya dengan suara keras,dsb.
Lingkungan sosial yang lain, seperti suara mesin pabrik, hiruk-pikuk lalu lintas, ramainya pasar, dsb juga berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Karena itulah, disarankan agar lingkungan sekolah berada di tempat yang jauh dari keramaian pabrik, lalu-lintas dan pasar.
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan belajar yang telah dicanangkan.
Faktor-faktor instrumental dapat berwujud faktor-faktor keras (hardware), seperti gedung perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan, dsb dan juga faktor-faktor lunak (software), seperti kurikulum, bahan/ program yang harus dipelajari, pedoman belajar, dsb.
Diantara faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah faktor individu siswa, baik kondisi fisiologis maupun psikologis anak.
Secara umum, kondisi fisiologis ini seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capai, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dsb akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar. Disamping kondisi yang umum tersebut, yang tidak kalah pentingnya dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa adalah kondisi pancaindera, terutama indera penglihatan dan pendengaran.
Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran inilah, maka dalam lingkungan pendidikan formal, orang melakukan berbagai penelitian untuk menemukan bentuk dan cara menggunakan alat peraga yang dapat dilihat sekaligus didengar (audio-visual aids). Guru yang baik, tentu akan memperhatikan bagaimana keadaan pancaindera, khususnya penglihatan dan pendengaran anak didiknya.
Dibawah ini akan diuraikan beberapa faktor psikologis, yang dianggap utama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar :
Minat sangat mempengaruhi dalam proses dan hasil belajar. Kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, ia tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika seseorang mempelajari sesuatu dengan minat, maka hasil yang diharapkan akan lebih baik. Maka, tugas guru adalah untuk dapat menarik minat belajar siswa, dengan menggunakan berbagai cara dan usaha mereka.
Telah menjadi pengertian relatif umum, bahwa kecerdasan memegang peran besar dalam menentukan berhasil-tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan. Orang yang lebih cerdas, pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan seseorang biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat tertentu. Hasil dari pengukuran kecerdasan, biasanya dinyatakan dengan angka yang menunjukkan perbandingan kecerdasan yang terkenal dengan sebutan Intelligence Quetient (IQ).
Disamping Intellegensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Secara definitif, anak berbakat adalah anak yang mampu mencapai prestasi yang tinggi, karena mempunyai kemampuan-kemampuan yang tinggi. Anak tersebut adalah anak yang membutuhkan program pendidikan berdiferensiasi dan pelayanan diluar jangkauan program sekolah biasa, untuk merealisasikan sumbangannya terhadap masyarakat maupun terhadap dirinya.
Motivasi merupakan dorongan yang ada didalam individu, tetapi munculnya motivasi yang kuat atau lemah, dapat ditimbulkan oleh rangsangan dari luar. Oleh karena itu, dapat dibedakan menjadi dua motif, yaitu :
Motif Intrinsik adalah motif yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Sedangkan motif ekstrinsik adalah motif yang timbul akibat rangsangan dari luar. Pada umumnya, motif intrinsik lebih efektif dalam mendorong seseorang untuk lebih giat belajar daripada motif ekstrinsik.
Walaupun diakui bahwa tujuan pendidikan yang berarti juga tujuan belajar itu meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik. Namun tidak dapat diingkari, bahwa sampai sekarang pengukuran kognitif masih diutamakan untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang. Sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotorik lebih bersifat pelengkap dalam menentukan derajat keberhasilan belajar anak disekolah. Oleh karena itu, kemampuan kognitif akan tetap merupakan faktor penting dalam belajar siswa / peserta didik.
Kemampuan kognitif yang paling utama adalah kemampuan seseorang dalam melakukan persepsi, mengingat, dan berpikir. Setelah diketahui berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar seperti diuraikan diatas, maka hal penting yang harus dilakukan bagi para pendidik, guru, orangtua, dsb adalah mengatur faktor-faktor tersebut agar dapat berjalan seoptimal mungkin.
8. Soal Transfer dalam belajar
Pengertian Transfer Belajar Istilah Transfer belajar berasal dari bahasa Inggris “Transfer of learning” yang berarti pemindahan atau pengalihan hasil belajar dari mata pelajaran yang satu ke mata pelajaran yang lain atau dari kehidupan sehari-hari diluar lingkungan sekolah. Adanya pemindahan atau pengalihan ini menunjukkan bahwa ada hasil belajar yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam memahami materi pelajaran yang lain. Hasil belajar yang diperoleh dan dapat dipindahkan tersebut dapat berupa pengetahuan (informasi verbal), kemahiran intelektual, keterampilan motorik atau afektif dll. Bila hasil belajar (pengetahuan) yang terdahulu memperlancar atau membantu proses belajar yang kemudian maka dikatakan telah terjadi ransfer belajar yang disebut transfer positif. Misalnya materi pelajaran biologi memudahkan siswa untuk memahami dan mempelajari materi geografi. Sebaliknya bila pengetahuan atau pengalaman yang diperoleh lebih dahulu mempersulit proses belajar yang kemudian maka dikatakan telah terjadi transfer belajar negatif.
Peristiwa pemindahan pengaruh (transfer) sebagaimana tersebut di atas pada umumnya atau hampir selalu membawa dampak baik positif maupun negatif terhadap aktivitas dan hasil pembelajaran materi pelajaran atau keterampilan lain. Sehingga, transfer dapat dibagi dua kategori, yakni transfer positif dan transfer negatif. Menurut Theory of Identical Element yang dikembangkan oleh E.L. Thorndike (lihat teori belajarnya dalam halaman 103), transfer positif biasanya terjadi bila ada kesamaan elemen antara materi yang, lama dengan materi yang baru. Contoh: seorang siswa yang telah menguasai matematika akan mudah mempelajari statistika. Contoh lain yang lebih gamblang ialah kepandaian mengendarai sepeda membuat orang mudah belajar naik sepeda motor. Sebaliknya, orang yang sudah terbiasa mengetik dengan menggunakan dua jari, kalau belajar mengetik dengan sepuluh jari akan lebih banyak mengalami kesukaran daripada orang yang baru belajar mengetik. Pengalaman kesukaran inilah yang disebut transfer negatif. Artinya, keterampilan yang, sebelumnya sudah dimiliki menjadi penghambat belajar keterampilan lainnya. Dapatkah teori E.L. Thorndike ini kita jadikan pedoman dalam memahami transfer belajar yang hakiki? Selanjutnya, menurut Gagne (baca: Gaenye) seorang education psycholo-gist (pakar psikologi pendidikan) yang masyhur, transfer dalam belajar dapat digolongkan ke dalam empat kategori.
Transfer positif, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar selanjutnya. Transfer negatif, yaitu transfer yang berefek buruk terhadap kegiatan belajar selanjutnya; Transfer vertikal, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan yang lebih tinggi. Trasnfer lateral, yaitu transfer yang berefek baik terhadap kegiatan belajar pengetahuan/keterampilan yang sederajat. Penjelasan lebih lanjut mengenai aneka ragam transfer baik dari Thorndike maupun dari Robert M. Gagne tersebut adalah sebagai berikut.
9. Test dan soal pennilaian atau pengukuran
Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait (sifat) atau atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.
Tes dapat diklasifikasi berdasarkan :
a. Bagaimana ia diadministrasikan (tes individual atau kelompok)
b. Bagaimana ia diskor (tes obyektif atau tes subyektif)
c. Respon apa yang ditekankan (tes kecepatan atau tes kemampuan)
d. Tipe respon yang bagaimana yang harus dikerjakan oleh subyek (tes unjuk kerja atau tes kertas dan pensil)
e. Apa yang akan diukur (tes sampel atau tes sign)
f. Hakekat dari kelompok yang akan diperbandingkan (tes buatan guru atau tes
Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numeric dari suatu tingkatan dimana seseorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pengukuran berkaitan erat dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif.
Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau obyek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas.
Penilaian (assessment) merupakan istilah yang umum dan mencakup semua metode yang biasa dipakai untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa dengan cara menilai unjuk kerja individu peserta didik atau kelompok.
Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat. Penilaian untuk memperoleh berbagai ragam informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Proses penilaian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar peserta didik.
Penilaian menyeluruh dan berkelanjutan dalam Konsep Penilaian dari Implementasi peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, membawa implikasi terhadap model dan tehnik penilaian proses dan hasil belajar. Pelaku penilaian terhadap proses dan hasil belajar diantaranya internal dan eksternal. Penilaian internal merupakan penilaian yang dilakukan dan direncanakan oleh guru pada saat pembelajaran berlangsung. Sedangkan penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak luar yang tidak melaksanakan proses pembelajaran, biasanya dilakukan oleh suatu institusi / lembaga baik didalam maupun diluar negeri. Penelitian yang dilakukan lembaga / institusi tersebut dimaksudkan sebagai pengendali mutu proses dan hasil belajar peserta didik.
Metode dan tehnik penilaian sebagai bagian dari penilaian internal (internal assessment) untuk mengetahui proses dan hasil belajar peserta didik terhadap penguasaan kompetensi yang diajarkan oleh guru. Hal ini bertujuan untuk mengukur tingkat ketercapaian ketuntasan kompetensi oleh peserta didik.
Penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki, juga sekaligus sebagai umpan balik kepada guru agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses program pembelajaran.
10. Teori dasar tentang motivasi
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc.Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc.Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar
Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk belajar. Teori behaviorisme menjelaskan motivasi sebagai fungsi rangsangan (stimulus) dan respons, sedangkan apabila dikaji menggunakan teori kognitif, motivasi merupakan fungsi dinamika psikologis yang lebih rumit, melibatkan kerangka berpikir siswa terhadap berbagai aspek perilaku.
Berdasarkan sumber penyebabnya motivasi dikategorikan menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Sumber motivasi intrinsik adalah challenge, curiosity, control, dan fantasy sedangkan motivasi ekstrinsik timbul karena ada rangsangan dari luar. Individu yang termotivasi secara ekstrinsik akan berpartisipasi untuk menghasilkan outcome tertentu seperti reward, pujian dari guru atau terhindar dari hukuman.
Dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin. Motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap keefektifan usaha belajar siswa.
Peranan guru untuk mengelola motivasi belajar siswa sangat penting, dan dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengenalan guru kepada siswa secara individual.
1. Memberikan aktivitas dengan tingkat kesulitan tingkat menengah sehingga tidak akan membosankan siswa karena terlalu mudah atau membuat siswa putus asa karena terlalu sulit.
2. Memberikan informasi dan ide yang dikaitkan dengan pengetahuan siswa, serta kejutan dan incongruity dalam aktivitas yang dilakukan di kelas
3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat memilih aktivitas dan terlibat dalam pembuatan peraturan dan prosedur di kelas sehingga siswa merasa memiliki control
4. Melibatkan siswa dalam aktivitas make-believe, permainan, dan simulasi, namun kegiatan ini harus relevan dengan materi pelajatran dan tidak mengganggu
Usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa memerlukan kondisi tertentu yang mengedepankan keterlibatan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Sejauh mungkin siswa perlu didorong untuk mampu menata belajarnya sendiri dan menggunakan interaksi antarpribadi dengan teman dan guru untuk mengembangkan kemampuan kognitif/intelektual dan kemampuan sosial. Di samping itu, keterlibatan orang tua dalam belajar siswa perlu diusahakan, baik berupa perhatian dan bimbingan kepada anak di rumah maupun partisipasi secara individual dan kolektif terhadap sekolah dan kegiatannya.
11. Arti motifasi bagi pengajaran
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc.Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc.Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar
Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk belajar. Teori behaviorisme menjelaskan motivasi sebagai fungsi rangsangan (stimulus) dan respons, sedangkan apabila dikaji menggunakan teori kognitif, motivasi merupakan fungsi dinamika psikologis yang lebih rumit, melibatkan kerangka berpikir siswa terhadap berbagai aspek perilaku.
Berdasarkan sumber penyebabnya motivasi dikategorikan menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Sumber motivasi intrinsik adalah challenge, curiosity, control, dan fantasy sedangkan motivasi ekstrinsik timbul karena ada rangsangan dari luar. Individu yang termotivasi secara ekstrinsik akan berpartisipasi untuk menghasilkan outcome tertentu seperti reward, pujian dari guru atau terhindar dari hukuman.
Dalam proses pembelajaran, motivasi belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin. Motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh negatif terhadap keefektifan usaha belajar siswa.
Peranan guru untuk mengelola motivasi belajar siswa sangat penting, dan dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas belajar yang didasarkan pada pengenalan guru kepada siswa secara individual.
12. Perkembangan social dan emosional
Kepribadian seorang anak merupakan integrasi perasaan dan sikap yang dicerminkan dalam tingkah laku. Seorang dewasa dikatakan mempunyai kepribadian yang sehat apabila ia mampu untuk memberi kasih sayang, mencapai sesuatu yang ia inginkan dan menjadi interdependent pada fungsinya. Hal ini dicapai melalui proses dalam kehidupan.Sejak ia lahir, masing-masing tingkat usia mempunyai tugas yang mesti ia selesaikan sebelum ia melangkah ke tugas pada tingkat usia berikutnya.
Emosi hubungan yang hangat dengan orang lain seperti ayah, ibu, saudara, teman sebaya serta guru akan memberi pengaruh pada perkembangan emosi, sosial dan intelektual anak. Pada saat anak berinteraksi dengan keluarga maka akan mempengaruhi interaksi anak di luar rumah. Apabila kebutuhan emosi anak tidak dapat terpenuhi.
Untuk memahami dengan baik penguasaan kuat emosi atas nalar dan mengapa perasaan dan nalar selalu siapa bertarung untuk merebut pengaruh,ada baiknya kita memahami bagaimana otak manusia dengan berat kurang lebih 1.400 gram yang terdiri dari sel – sel saraf dan cairan berkembang.
Bagian-bagian utama otak bayi baru lahir sudah lengkap terbentuk. Kini, otaknya akan segera mengalami proses pematangan yang perlu ditunjang dengan pemenuhan zat-zat gizi yang tepat.
Otak merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai pusat kontrol dan kendali atas semua sistem di dalam tubuh. Otak yang juga merupakan pusat kecerdasan atau pusat kemampuan berpikir ini mulai dibentuk selang beberapa saat setelah terjadinya konsepsi (proses peleburan inti sel telur dan inti sel sperma).
Dalam perkembangan otak, ada periode yang dikenal sebagai periode pacu tumbuh otak ( brain growth spurt ). Yaitu saat dimana otak berkembang sangat cepat. Pada manusia, periode pacu tumbuh otak pertama dimulai ketika usia kehamilan ibu memasuki trimester ketiga. Periode pacu tumbuh otak kedua terjadi setelah si keci lahir hingga ia berusia dua tahun. Multiplikasi sel terjadi pada masa janin. Otak Bayi baru lahir berat 350 gram, setelah satu beratnya mencapai 1.200 gram. Sedangkan sejak lahir hingga usia dua tahun adalah saat neuron (sel saraf) di korteks otak membentuk sinaps (hubungan antara sel saraf) yang sangat banyak. Jadi, di masa multiplikasi dan pembentukan sinaps ini, otak harus mendapat prioritas utama dalam hal pemenuhan zat-zat gizi sebagai bahan-bahan pembentukannya.
Otak berkembang dari bawah keatas,dengan pusat – pusat yang lebih tinggi berkembang sebagai penghubung dengan bagian – bagian yang lebih rendah.Bagian otak paling primitif adalah batang otak yang mengillingi ujung atas tulang belakang. Akar otak ini mengatur fungsi – fungsi dasar kehidupan seperti bernapas dan fungsi metabolisme organ – organ tubuh, juga mengendalikan reaksi dan gerakan dengan pola yang sama. Batang otak ini sudah diatur atau diset untuk menjaga agar tubuh berfungsi sebagimana mestinya dan bereaksi dengan cara yang tidak membahayakan kelangsungan hidup.
Dari batang otak ini, terbentuklah pusat emosi ( amigdala ), dan dari sini berkembanglah otak untuk berpikir ( neokorteks ), yang berupa tonjolan besar jaringan berkerut dan berkelok yang merupakan lapisan paling atas otak. Inilah faktanya, bahwa otak berpikir tumbuh dari wilayah otak emosional mengungkapkan tentang hubungan antara pikiran dan perasaan, dimana otak emosional sering kali menguasai otak berpikir, sehingga kita lebih mengikuti emosi daripada nalar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar